omah kucink

Minggu, 21 Maret 2010

KRISIS KUBA




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setelah melancarkan perang gerilya selama 2 tahun, kekuasaan diktator Batista atau Carlos Piedros tumbang. Revolusi Rakyat Kuba menang. Republik Kuba lahir. Dan sejak itu berlangsunglah sebuah Pemerintahan Rakyat Sosialis yang bertumpu bukan kepada siapa-siapa kecuali tangan rakyatnya sendiri. Kenyataan ini tentu sangat menentukan warna-warni nasib rakyat Kuba menempa diri dalam pergulatan sejarahnya di kemudian hari.
Setelah kekuasaan jatuh ke tangan Castro dari Batista, perubahan corak pemerintahan. Mulai Januari 1959 diadakan pembersihan pemerintahan dari sisa-sisa kekuatan Batista, dengan penahanan dan pembunuhan. Pada 27 Januari misi militer Amerika Serikat dipulangkan oleh Castro. Presiden semantara Kuba Urrutia diganti oleh Presiden Osvaldo Dorticos Torrado. Sejak juli 1959. hal ini disebabkan karena perselisihan paham antara Urrutia dengan Castro. Castro adalah perdana menteri yang memegang pemerintahan Kuba sehingga presiden Dortocos hanyalah symbol dengan predikat “Warga Negara Teladan”. Program pemerintahan cenderung bersifat sosialis apalagi dengan adanya landreform. Dengan politik seperti itu makin menjauhkan Kuba dengan Amerika Serikat dan anti Amerika Serikat. Sebaliknya AS pun menandinginya dengan sikap anti-Castro sehingga semakin mendorong Kuba (Castro) untuk mendekati pihak komunis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar belakang krisis Kuba?
2. Bagaimana Upaya Kuba menanggulangi krisis?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Krisis Kuba
Permasalahan timbulnya krisis Kuba dilatarbelakangi dengan ketidakharmonisan hubungan Kuba dengan Amerika Serikat. Ketika perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat dan Inggris disuruh Castro unruk melakukan penyulingan terhadap minyak kasar Rusia, namun perusahaan-perusahaan minyak menolaknya. Penolakan tersebut membuat marah Castro dan segera menasionalisasikan perusahaan-perusahaan minyak tersebut. Sebagai balasan, maka Amerika Serikat memperkecil kuota pembelian gula. Rusia sebagai patner Kuba mulai mendekati dengan mendatangkan perdana menterinya ke Havana (Januari 1960) dan menyenggupi untuk membeli gula kepada Kuba. Dengan dinasionalisasikan perusahaan perusahaan Amerika Serikat, maka Amerika Serikat pun mengumumkan embargo terhadap Kuba. Embargo tersebut mulai dilakukan pada 19 Oktober 1960. Castro terus melakukan kebijakannya menasionalisasikan semua perusahaan Amerika Serikat seperti perusahaan gula, 2 perusahaan elektrik Co, dan Cuban telephone Co, tiga buah bank. Penasionalisasian yang dilakukan oleh Castro tersebut tanpa adanya ganti rugi terhadap pihak Amerika Serikat. Amerika Serikat diperkirakan mengalami kerugian sekitar US $ 1,5 bilion.
Dalam rapat yang membahas mengenai penanganan permasalahan ekonomi Kuba pada 27 Agustus 1961 yang dihadiri oleh lebih dari 1500 perwakilan dari pabrik, kantor-kantor pusat lainnnya, pemimpin lokal lainnnya. Rapat besar tersebut membahas mengenai prodeksi, distribusi dan perdagangan yang dianggap tidak berkembang. Dalam rapat itu juga dibentuk komite yang bertugas membuat mesian-mesin produksi untuk mendukung produksi dalam upaya meningkatkan tingkat produksi.
Sebelum tahun 1961 AS mengimpor 3,3 juta ton gula dari Kuba, disamping itu juga mengimpor tembakau sejumlah 30,5 juta Pounds dan Cerutu sejumlah 23,5 juta batang setiap tahunnya. Sebaliknya Kuba mengimpor dari AS melalui Florida yaitu barang-barang kebutuhan sehari-hari sebesar US$ 500 juta. Setelah adanya perpecahan maka peranan AS diganti oleh Uni Sovyet. Padahal Rusia adalah Negara ke-2 terbesar dalam produksi gula. Produksi gula dari Kuba oleh Uni Sovyet disalurkan ke Eropa Timur. Sementara Kuba mengimpor bahan baku, minyak bumi dan barang-barang keperluan industri. Uni Sovyet membantu perekonomian Kuba sebesar US$ 1,5 juta setiap harinya.
Mulai tahun 1960 Kuba sudah menerima bantuan dari Uni Soviet. Castro khawatir dengan adanya pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Guantanamo, Castro pun meminta agar Amerika Serikat mencabut pangkalan angkatan laut tersebut. Sebaliknya bersi-keras tetap mempertahankan pangkalan itu. Pada September 1960 Kuba mencoba mengadu kepada PBB mengenai agresi ekonomi Amerika Serikat. Hal itu belum mendatangkan hasil, sebagai tanggapan yang tidak diindahkan oleh PBB maka Castro mulai mengurangi staff duta Amerika Serikat di Kuba. Pada 3 Januari 1961 Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatic dengan Kuba.
Pada 1 Desember 1961 Castro menyetakan dirinya sebagai Marxis-Leninis. Namun, Amerika Serikat mulai mencari kawan untuk membentuk aliansi guna menekan pemerintahan Catro. Dewan ekonomi dan sosial antar Amerika Serikat pada bulan agustus 1961. lahirlah Alliance for Progres yang digagas oleh Presiden Kennedy. Program ini adalah membantu Negara-negara diamerika latin dalam bidang sosial-ekonomi untuk membendung pengaruh Kuba di Amerika Latin. Amerika Serikat memberikan bantuan sebesar US $ 1 bilion. Namun aliansi ini tidak berjalan efektif.
Perkembangan situasi Kuba semakin buruk setelah diketahui bahwa Uni Sovyet mempunyai pangkalan-pangkalan peluru kendali yang dapat dipergunakan untuk menyerang Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat dibawah Kennedy langsung memerintahkan Angkatan Laut dan Korp marinirnya untuk memblokade Kuba dan bersiap untuk tempur. Penurunan angkatan laut AS ditentang oleh Krusehchev. Namun kejadian itu tidak menimbulkan perang karena Rusia segera menjabut pangkalan peluru dan dikembalikan ke Uni Sovyet, sebaliknya AS tidak akan melakukan penyerangan terhadap Kuba. Keputusan Uni Sovyet membuat Castro kecewa dan membuat renggang hubungan Havana-Moscow untuk sementara waktu.
Castro merasa ditodong dari belakang oleh AS dengan di bangunya pangkalan angkatan laut di Guantanamo. Inilah yang menjadikan Kuba dan Uni Sovyet tidak bersedia menandatangani perjanjian Tlate lolco tentang denuklirrisasi daerah Amerika Latin. Politik pengisolasian Kuba oleh AS mulai menjalar kedalam bidang politik dengan ajakan AS kepada Negara-negara Amerika Latin untuk memutuskan hubungan diplomatis dengan Kuba. Pemutusan hubungan diplomasi terhadap Kuba ternyata benar-benar dilakukan oleh Negara-negara Amerika Tengah, Karibia, dan Amerika Selatan, kecuali Meksiko, Chili, Bolivia dan Uruguay. Namun dengan tekanan AS maka pada 11 Agustus 1964 Chili memutuskan hubungan diplomatis dengan Kuba, berikutnya Bolivia (22 Agustus 1964) dan Uruguay 8 September 1964. Meksiko-lah satu-satunya Negara di Amerika Latin yang tetap menjalin hubungan diplomatik dengan Kuba, alasannya adalah alasan yuridis dan politis.
Ketegangan antara kedua Negara semakin memuncak, Amerika Serikat memanfaatkan orang-orang Kuba yang melarikan diri ke Amerika Serikat ketika rezim castro berkuasa dan orang Amerika Serikat itu sendiri. Mereka dilatih di Lousiana, Florida, dan Guatemala.

B. Invasi Teluk Babi
Di Kuba dikenal pula sebagai Playa Girón sesuai dengan pantai di Teluk Babi tempat pendaratan pasukan penyerbu, adalah sebuah pendaratan yang direncanakan dan didanai oleh Amerika Serikat dan dilakukan oleh orang-orang Kuba di pembuangan di Kuba barat daya untuk menggulingkan pemerintahan Fidel Castro pada 1961. Peristiwa ini menandai klimaks tindakan anti Kuba oleh Amerika Serikat. Ketegangan Amerika Serikat-Kuba telah bertumbuh sejak Castro menggulingkan rezim diktator militer sayap kanan Jenderal Fulgencio Batista yang didukung Amerika Serikat pada 1 Januari 1959. Pemerintahan Eisenhower dan Kennedy telah menilai bahwa pergeseran Castro kepada Uni Soviet tidak bisa diterima, dan karena itu mereka berusaha menggulingkannya. Namun, invasi ini gagal total dan ternyata menjadi noda internasional bagi pemerintahan Kennedy.
Pagi hari 15 April 1961, tiga penerbangan pesawat pengebom ringan Douglas B-26B Invader dengan tanda Fuerza Aerea Revolucionaria (FAR - Angkatan Udara Revolusioner) pada pesawatnya, mengebom dan menembaki landasan-landasan udara Kuba di San Antonio de Los Baños, Bandara Internasional Antonio Maceo, dan landasan udara di Ciudad Libertad. Operasi Puma, kode yang diberikan untuk serangan udara terhadap Angkatan Udara Revolusioner Kuba itu, merencanakan serangan udara selama 48 jam di seluruh pulau tersebut untuk menghancurkan secara efektif kekuatan udara Kuba, memberikan jaminan kepada Brigade 2506 keunggulan udara terhadap pulau tersebut sebelum pendaratan yang sesungguhnya di Teluk Babi.
Namun hal ini gagal, karena serangan udara itu tidak berlangsung terus-menerus seperti yang direncanakan semula, krena dibatasi oleh keputusan-keputusan pada tingkat tertinggi pemerintahan AS, dan Castro telah mengetahui terlebih dulu mengenai invasi ini dan telah menyingkirkan pesawat-pesawatnya hingga tidak bisa dihancurkan. Dari pesawat-pesawat Brigade 2506 yang dikirim pada pagi 15 April itu, salah satunya ditugasi untuk memberikan kisah heroik CIA dalam invasi tersebut. Pesawat B-26B dua penumpang yang dimodifikasi sedikit yang digunakan untuk misi ini dikemudikan oleh Captain Mario Zuniga.
CIA mengasumsikan bahwa invasi itu akan menimbulkan pemberontakan rakyat melawan Castro. Namun, operasi itu telah dinantikan oleh Castro, dan dalam mengantisipasi serangan itu, pemerintah menangkapi sejumlah besar orang Kuba anti Castro. Meskipun pasukan-pasukan Castro yang berada di lapangan itu sendiri menyerah, segera menjadi jelas setelah beberapa kontak senjata dengan pasukan-pasukan tambahan Castro bahwa para pelarian itu tidak akan mendapatkan dukungan efektif di lapangan penyerbuan dan kemungkinan akan kalah.
Kennedy memutuskan untuk tidak memberikan dukungan udara AS kepada invasi yang gagal itu (meskipun empat penerbang AS konon terbunuh atau tertangkap di Kuba pada waktu invasi) karena ia menentang intervensi terbuka dan kenyataannya tak suatupun kecuali pasukan-pasukan darat AS yang dapat menyelamatkan operasi itu. Kennedy pun membatalkan sejumlah sortie pengeboman (hanya dua yang terjadi) pada Angkatan Udara Kuba yang diberikan perintah untuk tidak terbang, yang mungkin sudah akan melumpuhkan Angkatan Udara Kuba dan memberikan keunggulan udara kepada para penyerang. Marinir AS tidak dikirim, meskipun ada kapal-kapal pendukung di lepas pantai yang siap untuk mendarat begitu mendapat perintah. Pada saat pertempuran berakhir pada 19 April, 114 orang pelarian Kuba meninggal dan sisanya tertangkap. Hidayat Mukmin menjalaskan bahwa pada pendaratan 17 April 1961 yang berjumlah sekitar 1500 orang, dan yang ditawan sekitar 1200 orang. Kegagalan Amerika Serikat menimbulkan dongkrakan mental yang kuat bagi castro maupun pendukungnya.
Kegagalan upaya invasi ini telah dianalisis sebagai kasus ideal dan pengambilan keputusan yang buruk. Yang lain, khususnya orang-orang Amerika-Kuba, memandang masalah ini sebagai keputusan kebijakan oleh pemerintah Kennedy untuk menyingkirkan para pelarian Kuba yang mengganggu, dan pandangan ini menimbulkan akibat yang berkepanjangan, dan yang kini menguntungkan Partai Republik. Dalam perdebatan-perdebatan di Dewan Keamanan PBB, upaya Kuba untuk mengutuk AS sebagai agresor gagal karena veto Amerika.
C. Krisis misil Kuba
Krisis rudal Kuba adalah sebuah krisis yang terjadi antara tahun 1962 yang terjadi sebagai akibat dari Perang Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Krisis ini terjadi setelah terungkap fakta bahwa Amerika Serikat telah mensponsori sebuah serangan ke Teluk Babi milik Kuba, sebuah negara komunis di Laut Karibia. Meskipun gagal, penyerbuan ini telah menimbulkan kemarahan Uni Soviet, sebagai pemimpin komunis dunia, maupun rakyat Kuba sendiri. Sikap antipati AS terhadap Kuba akibat gagalnya serangan teluk babi, Castro membalas dengan memperbolahkan Uni Soviet Untuk memasang misil nuklir di Kuba.
Pada bulan September 1962, Nikita Khruschev, Perdana Menteri Uni Soviet, menyatakan kepada Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy bahwa setiap serangan berikutnya terhadap Kuba akan dinilai sebagai tindakan perang. Tidak lama kemudian, Uni Soviet segera menempatkan rudal-rudal berukuran sedang yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir di Kuba. Rudal-rudal tersebut mengancam AS karena kemampuan merusaknya yang dapat menghancurkan sebuah kota besar dalam waktu singkat setelah diluncurkan. Pada tanggal 22 Oktober 1962, Kennedy muncul di muka publik dan menuntut Uni Soviet untuk menarik rudal-rudalnya atau AS akan menyerang Kuba. Maka, dimulailah minggu-minggu yang dikenal dengan sebutan Krisis Rudal Kuba ini.
Negosiasi di antara dua musuh bebuyutan ini terjadi dengan alot karena kedua belah pihak merasa siap untuk berperang dan tidak mau mengurangi tuntutannya. Kapal-kapal perang Amerika mengepung Kuba untuk memaksakan sebuah "karantina" terhadap semua pelayaran milik Kuba; pesawat-pesawat pengebom mencari posisi di Florida dan bersiaga menghadapi serangan udara. Untungnya, pada tanggal 28 Oktober 1962, Khruschev menyatakan bahwa Uni Soviet bersedia memindahkan nuklirnya asalkan AS berjanji tidak akan menyerbu Kuba.
Setelah dua minggu dunia di ambang perang nuklir, pada 28 Oktober 1962, Presiden Uni Sovyet Nikita Khrushchev setuju melucuti misil yang ditempatkannya di Kuba. Pengumuman Khrushchev tersebut mengakhiri krisis misil Kuba yang telah berlangsung sejak 14 Oktober 1962. Krisis misil Kuba dimulai saat pesawat tanpa awak AS menemukan sejumlah misil nuklir Sovyet ditempatkan di Kuba. Seminggu kemudian, Presiden John F. Kennedy mengutuk aksi Sovyet tersebut di televisi. Kennedy juga melancarkan blokade laut atas Kuba dan mengancam akan menyerang Sovyet jika misil tersebut diluncurkan ke AS. Sebagai imbalan penarikan misil tersebut, AS setuju untuk tidak menginvasi Kuba dan akan menarik misilnya dari Turki. Namun, keputusan Khrushchev ditentang dua sekutu utamanya, Cina dan Kuba. Presiden Kuba Fidel Castro bereaksi dengan mengusir warga Amerika dari markas militer Guantanamo. Pada 20 November 1962, AS mulai mencabut blokade laut atas Kuba. Lalu, pada akhir tahun, seluruh misil nuklir Sovyet ditarik dari Kuba dan AS menarik misilnya dari Turki pada 1963. Pasca insiden Kuba, sebuah jalur telepon khusus dibuat antara Sovyet dan AS guna menghindari terulangnya krisis serupa.
D. Usaha Menangani Kiris di Kuba
Pemerintah Rakyat Revolusioner melakukan Pembaruan Agraria tahap dua pada tahun 1962 yang berhasil mengambilalih 63 persen tanah yang ditanami. Sebagaimana guratan fakta, Kuba sebelum runtuhnya blok sosialis telah menempatkan diri sebagai negara dengan kualitas indeks kehidupan yang sangat tinggi. Angka statistik menunjukkan bahwa untuk wilayah Amerika Latin, Kuba menempati urutan satu untuk kategori: tingkat kematian bayi yang rendah, rasio penduduk per dokter, tunjangan hidup, perumahan, rasio penduduk per ilmuwan, kehadiran penduduk dalam acara seni dan budaya, budidaya tanaman, serta menjadi negara terbaik di dunia untuk masalah kualitas fisik indeks hidup. Angka-angka jauh melebihi pencapaian Amerika Serikat dalam berbagai hal, dan berada di atas standar indeks kehidupan yang dikeluarkan oleh PBB. Namun keunggulan komparatif Kuba ini terguncang hebat ketika Blok Sosialis tempat Kuba menggantungkan pasokan energi, runtuh. Demikian juga dengan pasokan peralatan industri modern dan nilai tukar perdagangan impor maupun ekspor. Lompatan-lompatan perubahan pun terjadi dalam skala yang drastis.
Sejak sekitar tahun 1970 diadakan perluasan pemasaran hasil produksi Kuba. Pemasaran diperluas hingga Eropa Barat seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Jepang, Kanada, dan RRC. Hasilnya tahun 1973, Kuba telah sanggup mengekspor US$ 1302 juta barang-barang. Mulai tahun 1974 mulai ditembuslah blockade ekonomi oleh Argentina dan kemudian Negara-negara Amerika Latin lainnya. Argentina telah merintis penjualan mobil buatan AS sebanyak 44.000, dengan harga US$ 150 juta dan Truk buatan pabrik-pabrik Chrysler, Ford, General Motors, sebagai bagian dari suatu kontrak dengan harga US$ 1,2 billion. Hal tersebut dilakukan juga oleh Kanada dengan mengadakan kontrak perbaikan 9 buah lokomotif lama dan penjualan 24 lokomotif baru. Kemudian satu persatu Negara-negara Amerika Latin mulai mengadakan diplomatic kembali dengan Kuba. Perjuangan menghapus blockade mulai memperoleh kemajuan besar setelah adanya sidang ke-16 negara-negara OAS di kota San Jos Kosta Rika 29 Juli 1975, dalam konferensi ini diputuskan blockade politik dan ekonomi terhadap Kuba yang dijatuhkan oleh OAS.
Pemecahan masalah energi Kuba yang luar biasa, tidak serta merta menjawab krisis di bidang lainnya. Budidaya tanaman yang pada tahun 1989 dicirikan dengan tingkat modernisasi yang tinggi, dan ketergantungan yang sangat besar atas pemakaian pestisida dengan bahan baku impor mengalami hantaman yang mendasar. Seketika, impor pestisida turun hingga 60 persen lebih, pupuk 77 persen lebih, dan suplai minyak untuk budidaya tanaman turun sampai setengahnya. Impor makanan pun jatuh hingga lebih dari setengahnya. Sistem budidaya tanaman yang nyaris semodern dan terindustri seperti California dihadapkan pada dua mata pisau: kebutuhan untuk produksi makanan yang pada hakikatnya berlipat ganda mengurangi lebih dari separuh pemasukan; dan pada saat yang sama mempertahankan produksi hasil panen untuk ekspor agar tidak mengikis lebih jauh posisi nilai tukar asing Kuba yang sungguh menyedihkan. Sekalipun di bawah tekanan embargo Amerika, berbekal komputer antik, Sistem telepon yang masih primitif, peralatan laboratorium yang tidak lengkap, dan hanya bermodalkan pensil, Kuba berhasil memobilisasi upaya penelitian dan pendidikan untuk menghadirkan sumber energi baru. Krisis justru menjadi insentif bagi Kuba untuk mengubah perilaku rakyatnya dalam penggunaan energi.
Tahun 1977 Kuba mulai merasakan kemerosotan ekonomi perdagangan. Blokade ekonomi Amerika Serikat yang telah berjalan selana 15 tahun. Bantuan selama itu yang di berikan oleh negara-negara pro-Kuba belum cukup untuk menstabilkan kehidupan ekonomi Kuba, suku cadang yang kuarang memadai, beban hidup buruh semakin berat. Dampaknya, banyak rakyat Kuba yang berusaha mengadu keberuntungan ke negeri lain. Dalam tahun 1977-1978 diperkitakan 500.000 orang Kuba telah meninggalkan Kuba. Untuk menutupi kemelut di dalam negerinya, Castro melakukan konverensi-konverensi politik dan mengirimkan pasukan bantuan ke 16 negara (afrika, Vietnam, Korea Utara, Jamaika, dll).
Kondisi ini sungguh membalikkan keadaan semula, ketika keuntungan ekspor gula melimpah yang mampu menghasilkan 7,4 persen volume perdagangan dunia, ketersediaan agrokimiawi dan bahan bakar untuk budidaya tanaman, serta persediaan ragam pangan yang cukup untuk penduduk Kuba dengan harga terjangkau. Namun lagi-lagi dengan jatuhnya blok sosialis telah merombak hampir semua aspek kehidupan rakyat Kuba. Krisis sepanjang Periode Khusus telah memberi pelajaran berharga untuk mendidik pola makan rakyat dengan lebih mengedepankan konteks tradisi dan budaya dengan perhatian, kecermatan, dan ketelitian secara khusus untuk realistik.
Ketika rezim Revisionisme pada akhirnya terbukti gagal dengan bubarnya federasi Uni Soviet pada 1989, Kuba sebagai salah satu negara satelit Uni Soviet terseret masuk ke lembah kesuraman. Suatu kenyataan pahit yang menimpa sebuah negara paling maju dan modern di seluruh daratan Amerika Latin. Hal ini diperparah dengan masih berlangsungnya embargo politik dan perdagangan Amerika Serikat. Orang Kuba menyebut masa sulit itu sebagai "Periode Khusus dalam Masa Damai"; suatu kondisi yang pada dasarnya meletakkan kewaspadaan negara pada sikap penghematan ekonomi masa perang. Perekonomian Kuba memang nyaris ambruk. Mereka harus menghadapi berbagai kenyataan pahit, seperti bagaimana satu ton gula Kuba hanya dihargai satu ton minyak Soviet. Suplai minyak dari Soviet ke Kuba turun hingga 50%. Listrik hanya menyala 2 jam setiap hari dengan cara bergilir. Mata uang tak berharga lagi. Ketersediaan pangan mulai menipis. Asupan kalori dan protein dari penduduknya mulai mengkhawatirkan, dan indikator pertama yang terlihat setelah beberapa dasawarsa terhadap kemungkinan malnutrisi telah tampak. Kerawanan pangan tentu telah memperlihatkan dirinya sebagai momok yang mengancam jalan sosialis Kuba. Sejak itu pemerintah Castro melakukan sejumlah lompatan untuk menanggulangi krisis. Pemerintah Castro bersama dengan rakyat Kuba bekerja keras mengerahkan segenap kemandirian dan daya cipta untuk mencukupi kebutuhan sendiri.
Kuba senantiasa bertumpu pada kekuatan rakyat sendiri. Seiring krisis pangan mengancam dalam negeri mereka, pemerintah revolusioner segera menggalang propaganda untuk melakukan mobilisasi rakyat. Pemerintah Castro segera membentuk aliansi dari lembaga pemerintah terkait untuk melakukan penelitian yang dipimpin oleh Lembaga Penelitian Tanah dan Pupuk, Lembaga Penelitian Ekologi dan Taksonomi, dan Front Budidaya Hayati (Bioagrikultur) yang dibentuk oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional, dengan tujuan untuk menemukan jalan keluar menghadapi masalah produksi pangan selama Periode Khusus. Aliansi gerakan politik dan sosial-ekonomi ini menjadi payung nasional dari upaya penyelamatan krisis pangan di Kuba pada awal 1990-an.
Berikutnya dilancarkan berbagai langkah: mobilisasi rakyat adalah tradisi sosial maupun politik di suatu Pemerintahan Rakyat Revolusioner. Kuba membangun pemukiman di daerah pedesaan dan menyerukan kepada rakyat kota untuk menyumbangkan tenaga mereka untuk bekerja dalam jangka waktu dari 2 minggu sampai 2 tahun. Mereka menjadi buruh jangka pendek dengan meninggalkan pekerjaan atau sekolah mereka selama 15 hari untuk bekerja sukarela di daerah pedesaan, hidup dalam asrama di pemukiman perkebunan. Pada tahun 1991, tahun pertama dari pengerahan buruh ini, sekitar 146.000 warga Havana turut berpartisipasi. Pemerintah mengajak rakyatnya untuk mengotori tangan mereka dengan lumpur untuk memenuhi lumbung pangan nasional.




BAB III
PENUTUP
Simpulan
Permasalahan timbulnya krisis Kuba dilatarbelakangi dengan ketidakharmonisan hubungan Kuba dengan Amerika Serikat. Ketika perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat dan Inggris disuruh Castro unruk melakukan penyulingan terhadap minyak kasar Rusia, namun perusahaan-perusahaan minyak menolaknya. Penolakan tersebut membuat marah Castro dan segera menasionalisasikan perusahaan-perusahaan minyak tersebut.
Embargo tersebut mulai dilakukan pada 19 oktober 1960. Castro terus melakukan kebijakannya menasionalisasikan semua perusahaan Amerika Serikat seperti perusahaan gula, 2 perusahaan elektrik Co, dan Cuban telephone Co, tiga buah bank. Mulai tahun 1960 Kuba sudah menerima bantuan dari Uni Soviet. Pada 3 Januari 1961 Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatic dengan Kuba
Krisis rudal/misil Kuba adalah sebuah krisis yang terjadi antara tahun 1962 yang terjadi sebagai akibat dari Perang Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Krisis ini terjadi setelah terungkap fakta bahwa Amerika Serikat telah mensponsori sebuah serangan ke Teluk Babi milik Kuba, sebuah negara komunis di Laut Karibia.
Berikutnya dilancarkan berbagai langkah menanggulangi krisis yaitu, mobilisasi rakyat adalah tradisi sosial maupun politik di suatu Pemerintahan Rakyat Revolusioner. Kuba membangun pemukiman di daerah pedesaan dan menyerukan kepada rakyat kota untuk menyumbangkan tenaga mereka untuk bekerja dalam jangka waktu dari 2 minggu sampai 2 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar