omah kucink

Minggu, 21 Maret 2010

KRISIS KUBA




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setelah melancarkan perang gerilya selama 2 tahun, kekuasaan diktator Batista atau Carlos Piedros tumbang. Revolusi Rakyat Kuba menang. Republik Kuba lahir. Dan sejak itu berlangsunglah sebuah Pemerintahan Rakyat Sosialis yang bertumpu bukan kepada siapa-siapa kecuali tangan rakyatnya sendiri. Kenyataan ini tentu sangat menentukan warna-warni nasib rakyat Kuba menempa diri dalam pergulatan sejarahnya di kemudian hari.
Setelah kekuasaan jatuh ke tangan Castro dari Batista, perubahan corak pemerintahan. Mulai Januari 1959 diadakan pembersihan pemerintahan dari sisa-sisa kekuatan Batista, dengan penahanan dan pembunuhan. Pada 27 Januari misi militer Amerika Serikat dipulangkan oleh Castro. Presiden semantara Kuba Urrutia diganti oleh Presiden Osvaldo Dorticos Torrado. Sejak juli 1959. hal ini disebabkan karena perselisihan paham antara Urrutia dengan Castro. Castro adalah perdana menteri yang memegang pemerintahan Kuba sehingga presiden Dortocos hanyalah symbol dengan predikat “Warga Negara Teladan”. Program pemerintahan cenderung bersifat sosialis apalagi dengan adanya landreform. Dengan politik seperti itu makin menjauhkan Kuba dengan Amerika Serikat dan anti Amerika Serikat. Sebaliknya AS pun menandinginya dengan sikap anti-Castro sehingga semakin mendorong Kuba (Castro) untuk mendekati pihak komunis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar belakang krisis Kuba?
2. Bagaimana Upaya Kuba menanggulangi krisis?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Krisis Kuba
Permasalahan timbulnya krisis Kuba dilatarbelakangi dengan ketidakharmonisan hubungan Kuba dengan Amerika Serikat. Ketika perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat dan Inggris disuruh Castro unruk melakukan penyulingan terhadap minyak kasar Rusia, namun perusahaan-perusahaan minyak menolaknya. Penolakan tersebut membuat marah Castro dan segera menasionalisasikan perusahaan-perusahaan minyak tersebut. Sebagai balasan, maka Amerika Serikat memperkecil kuota pembelian gula. Rusia sebagai patner Kuba mulai mendekati dengan mendatangkan perdana menterinya ke Havana (Januari 1960) dan menyenggupi untuk membeli gula kepada Kuba. Dengan dinasionalisasikan perusahaan perusahaan Amerika Serikat, maka Amerika Serikat pun mengumumkan embargo terhadap Kuba. Embargo tersebut mulai dilakukan pada 19 Oktober 1960. Castro terus melakukan kebijakannya menasionalisasikan semua perusahaan Amerika Serikat seperti perusahaan gula, 2 perusahaan elektrik Co, dan Cuban telephone Co, tiga buah bank. Penasionalisasian yang dilakukan oleh Castro tersebut tanpa adanya ganti rugi terhadap pihak Amerika Serikat. Amerika Serikat diperkirakan mengalami kerugian sekitar US $ 1,5 bilion.
Dalam rapat yang membahas mengenai penanganan permasalahan ekonomi Kuba pada 27 Agustus 1961 yang dihadiri oleh lebih dari 1500 perwakilan dari pabrik, kantor-kantor pusat lainnnya, pemimpin lokal lainnnya. Rapat besar tersebut membahas mengenai prodeksi, distribusi dan perdagangan yang dianggap tidak berkembang. Dalam rapat itu juga dibentuk komite yang bertugas membuat mesian-mesin produksi untuk mendukung produksi dalam upaya meningkatkan tingkat produksi.
Sebelum tahun 1961 AS mengimpor 3,3 juta ton gula dari Kuba, disamping itu juga mengimpor tembakau sejumlah 30,5 juta Pounds dan Cerutu sejumlah 23,5 juta batang setiap tahunnya. Sebaliknya Kuba mengimpor dari AS melalui Florida yaitu barang-barang kebutuhan sehari-hari sebesar US$ 500 juta. Setelah adanya perpecahan maka peranan AS diganti oleh Uni Sovyet. Padahal Rusia adalah Negara ke-2 terbesar dalam produksi gula. Produksi gula dari Kuba oleh Uni Sovyet disalurkan ke Eropa Timur. Sementara Kuba mengimpor bahan baku, minyak bumi dan barang-barang keperluan industri. Uni Sovyet membantu perekonomian Kuba sebesar US$ 1,5 juta setiap harinya.
Mulai tahun 1960 Kuba sudah menerima bantuan dari Uni Soviet. Castro khawatir dengan adanya pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Guantanamo, Castro pun meminta agar Amerika Serikat mencabut pangkalan angkatan laut tersebut. Sebaliknya bersi-keras tetap mempertahankan pangkalan itu. Pada September 1960 Kuba mencoba mengadu kepada PBB mengenai agresi ekonomi Amerika Serikat. Hal itu belum mendatangkan hasil, sebagai tanggapan yang tidak diindahkan oleh PBB maka Castro mulai mengurangi staff duta Amerika Serikat di Kuba. Pada 3 Januari 1961 Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatic dengan Kuba.
Pada 1 Desember 1961 Castro menyetakan dirinya sebagai Marxis-Leninis. Namun, Amerika Serikat mulai mencari kawan untuk membentuk aliansi guna menekan pemerintahan Catro. Dewan ekonomi dan sosial antar Amerika Serikat pada bulan agustus 1961. lahirlah Alliance for Progres yang digagas oleh Presiden Kennedy. Program ini adalah membantu Negara-negara diamerika latin dalam bidang sosial-ekonomi untuk membendung pengaruh Kuba di Amerika Latin. Amerika Serikat memberikan bantuan sebesar US $ 1 bilion. Namun aliansi ini tidak berjalan efektif.
Perkembangan situasi Kuba semakin buruk setelah diketahui bahwa Uni Sovyet mempunyai pangkalan-pangkalan peluru kendali yang dapat dipergunakan untuk menyerang Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat dibawah Kennedy langsung memerintahkan Angkatan Laut dan Korp marinirnya untuk memblokade Kuba dan bersiap untuk tempur. Penurunan angkatan laut AS ditentang oleh Krusehchev. Namun kejadian itu tidak menimbulkan perang karena Rusia segera menjabut pangkalan peluru dan dikembalikan ke Uni Sovyet, sebaliknya AS tidak akan melakukan penyerangan terhadap Kuba. Keputusan Uni Sovyet membuat Castro kecewa dan membuat renggang hubungan Havana-Moscow untuk sementara waktu.
Castro merasa ditodong dari belakang oleh AS dengan di bangunya pangkalan angkatan laut di Guantanamo. Inilah yang menjadikan Kuba dan Uni Sovyet tidak bersedia menandatangani perjanjian Tlate lolco tentang denuklirrisasi daerah Amerika Latin. Politik pengisolasian Kuba oleh AS mulai menjalar kedalam bidang politik dengan ajakan AS kepada Negara-negara Amerika Latin untuk memutuskan hubungan diplomatis dengan Kuba. Pemutusan hubungan diplomasi terhadap Kuba ternyata benar-benar dilakukan oleh Negara-negara Amerika Tengah, Karibia, dan Amerika Selatan, kecuali Meksiko, Chili, Bolivia dan Uruguay. Namun dengan tekanan AS maka pada 11 Agustus 1964 Chili memutuskan hubungan diplomatis dengan Kuba, berikutnya Bolivia (22 Agustus 1964) dan Uruguay 8 September 1964. Meksiko-lah satu-satunya Negara di Amerika Latin yang tetap menjalin hubungan diplomatik dengan Kuba, alasannya adalah alasan yuridis dan politis.
Ketegangan antara kedua Negara semakin memuncak, Amerika Serikat memanfaatkan orang-orang Kuba yang melarikan diri ke Amerika Serikat ketika rezim castro berkuasa dan orang Amerika Serikat itu sendiri. Mereka dilatih di Lousiana, Florida, dan Guatemala.

B. Invasi Teluk Babi
Di Kuba dikenal pula sebagai Playa Girón sesuai dengan pantai di Teluk Babi tempat pendaratan pasukan penyerbu, adalah sebuah pendaratan yang direncanakan dan didanai oleh Amerika Serikat dan dilakukan oleh orang-orang Kuba di pembuangan di Kuba barat daya untuk menggulingkan pemerintahan Fidel Castro pada 1961. Peristiwa ini menandai klimaks tindakan anti Kuba oleh Amerika Serikat. Ketegangan Amerika Serikat-Kuba telah bertumbuh sejak Castro menggulingkan rezim diktator militer sayap kanan Jenderal Fulgencio Batista yang didukung Amerika Serikat pada 1 Januari 1959. Pemerintahan Eisenhower dan Kennedy telah menilai bahwa pergeseran Castro kepada Uni Soviet tidak bisa diterima, dan karena itu mereka berusaha menggulingkannya. Namun, invasi ini gagal total dan ternyata menjadi noda internasional bagi pemerintahan Kennedy.
Pagi hari 15 April 1961, tiga penerbangan pesawat pengebom ringan Douglas B-26B Invader dengan tanda Fuerza Aerea Revolucionaria (FAR - Angkatan Udara Revolusioner) pada pesawatnya, mengebom dan menembaki landasan-landasan udara Kuba di San Antonio de Los Baños, Bandara Internasional Antonio Maceo, dan landasan udara di Ciudad Libertad. Operasi Puma, kode yang diberikan untuk serangan udara terhadap Angkatan Udara Revolusioner Kuba itu, merencanakan serangan udara selama 48 jam di seluruh pulau tersebut untuk menghancurkan secara efektif kekuatan udara Kuba, memberikan jaminan kepada Brigade 2506 keunggulan udara terhadap pulau tersebut sebelum pendaratan yang sesungguhnya di Teluk Babi.
Namun hal ini gagal, karena serangan udara itu tidak berlangsung terus-menerus seperti yang direncanakan semula, krena dibatasi oleh keputusan-keputusan pada tingkat tertinggi pemerintahan AS, dan Castro telah mengetahui terlebih dulu mengenai invasi ini dan telah menyingkirkan pesawat-pesawatnya hingga tidak bisa dihancurkan. Dari pesawat-pesawat Brigade 2506 yang dikirim pada pagi 15 April itu, salah satunya ditugasi untuk memberikan kisah heroik CIA dalam invasi tersebut. Pesawat B-26B dua penumpang yang dimodifikasi sedikit yang digunakan untuk misi ini dikemudikan oleh Captain Mario Zuniga.
CIA mengasumsikan bahwa invasi itu akan menimbulkan pemberontakan rakyat melawan Castro. Namun, operasi itu telah dinantikan oleh Castro, dan dalam mengantisipasi serangan itu, pemerintah menangkapi sejumlah besar orang Kuba anti Castro. Meskipun pasukan-pasukan Castro yang berada di lapangan itu sendiri menyerah, segera menjadi jelas setelah beberapa kontak senjata dengan pasukan-pasukan tambahan Castro bahwa para pelarian itu tidak akan mendapatkan dukungan efektif di lapangan penyerbuan dan kemungkinan akan kalah.
Kennedy memutuskan untuk tidak memberikan dukungan udara AS kepada invasi yang gagal itu (meskipun empat penerbang AS konon terbunuh atau tertangkap di Kuba pada waktu invasi) karena ia menentang intervensi terbuka dan kenyataannya tak suatupun kecuali pasukan-pasukan darat AS yang dapat menyelamatkan operasi itu. Kennedy pun membatalkan sejumlah sortie pengeboman (hanya dua yang terjadi) pada Angkatan Udara Kuba yang diberikan perintah untuk tidak terbang, yang mungkin sudah akan melumpuhkan Angkatan Udara Kuba dan memberikan keunggulan udara kepada para penyerang. Marinir AS tidak dikirim, meskipun ada kapal-kapal pendukung di lepas pantai yang siap untuk mendarat begitu mendapat perintah. Pada saat pertempuran berakhir pada 19 April, 114 orang pelarian Kuba meninggal dan sisanya tertangkap. Hidayat Mukmin menjalaskan bahwa pada pendaratan 17 April 1961 yang berjumlah sekitar 1500 orang, dan yang ditawan sekitar 1200 orang. Kegagalan Amerika Serikat menimbulkan dongkrakan mental yang kuat bagi castro maupun pendukungnya.
Kegagalan upaya invasi ini telah dianalisis sebagai kasus ideal dan pengambilan keputusan yang buruk. Yang lain, khususnya orang-orang Amerika-Kuba, memandang masalah ini sebagai keputusan kebijakan oleh pemerintah Kennedy untuk menyingkirkan para pelarian Kuba yang mengganggu, dan pandangan ini menimbulkan akibat yang berkepanjangan, dan yang kini menguntungkan Partai Republik. Dalam perdebatan-perdebatan di Dewan Keamanan PBB, upaya Kuba untuk mengutuk AS sebagai agresor gagal karena veto Amerika.
C. Krisis misil Kuba
Krisis rudal Kuba adalah sebuah krisis yang terjadi antara tahun 1962 yang terjadi sebagai akibat dari Perang Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Krisis ini terjadi setelah terungkap fakta bahwa Amerika Serikat telah mensponsori sebuah serangan ke Teluk Babi milik Kuba, sebuah negara komunis di Laut Karibia. Meskipun gagal, penyerbuan ini telah menimbulkan kemarahan Uni Soviet, sebagai pemimpin komunis dunia, maupun rakyat Kuba sendiri. Sikap antipati AS terhadap Kuba akibat gagalnya serangan teluk babi, Castro membalas dengan memperbolahkan Uni Soviet Untuk memasang misil nuklir di Kuba.
Pada bulan September 1962, Nikita Khruschev, Perdana Menteri Uni Soviet, menyatakan kepada Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy bahwa setiap serangan berikutnya terhadap Kuba akan dinilai sebagai tindakan perang. Tidak lama kemudian, Uni Soviet segera menempatkan rudal-rudal berukuran sedang yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir di Kuba. Rudal-rudal tersebut mengancam AS karena kemampuan merusaknya yang dapat menghancurkan sebuah kota besar dalam waktu singkat setelah diluncurkan. Pada tanggal 22 Oktober 1962, Kennedy muncul di muka publik dan menuntut Uni Soviet untuk menarik rudal-rudalnya atau AS akan menyerang Kuba. Maka, dimulailah minggu-minggu yang dikenal dengan sebutan Krisis Rudal Kuba ini.
Negosiasi di antara dua musuh bebuyutan ini terjadi dengan alot karena kedua belah pihak merasa siap untuk berperang dan tidak mau mengurangi tuntutannya. Kapal-kapal perang Amerika mengepung Kuba untuk memaksakan sebuah "karantina" terhadap semua pelayaran milik Kuba; pesawat-pesawat pengebom mencari posisi di Florida dan bersiaga menghadapi serangan udara. Untungnya, pada tanggal 28 Oktober 1962, Khruschev menyatakan bahwa Uni Soviet bersedia memindahkan nuklirnya asalkan AS berjanji tidak akan menyerbu Kuba.
Setelah dua minggu dunia di ambang perang nuklir, pada 28 Oktober 1962, Presiden Uni Sovyet Nikita Khrushchev setuju melucuti misil yang ditempatkannya di Kuba. Pengumuman Khrushchev tersebut mengakhiri krisis misil Kuba yang telah berlangsung sejak 14 Oktober 1962. Krisis misil Kuba dimulai saat pesawat tanpa awak AS menemukan sejumlah misil nuklir Sovyet ditempatkan di Kuba. Seminggu kemudian, Presiden John F. Kennedy mengutuk aksi Sovyet tersebut di televisi. Kennedy juga melancarkan blokade laut atas Kuba dan mengancam akan menyerang Sovyet jika misil tersebut diluncurkan ke AS. Sebagai imbalan penarikan misil tersebut, AS setuju untuk tidak menginvasi Kuba dan akan menarik misilnya dari Turki. Namun, keputusan Khrushchev ditentang dua sekutu utamanya, Cina dan Kuba. Presiden Kuba Fidel Castro bereaksi dengan mengusir warga Amerika dari markas militer Guantanamo. Pada 20 November 1962, AS mulai mencabut blokade laut atas Kuba. Lalu, pada akhir tahun, seluruh misil nuklir Sovyet ditarik dari Kuba dan AS menarik misilnya dari Turki pada 1963. Pasca insiden Kuba, sebuah jalur telepon khusus dibuat antara Sovyet dan AS guna menghindari terulangnya krisis serupa.
D. Usaha Menangani Kiris di Kuba
Pemerintah Rakyat Revolusioner melakukan Pembaruan Agraria tahap dua pada tahun 1962 yang berhasil mengambilalih 63 persen tanah yang ditanami. Sebagaimana guratan fakta, Kuba sebelum runtuhnya blok sosialis telah menempatkan diri sebagai negara dengan kualitas indeks kehidupan yang sangat tinggi. Angka statistik menunjukkan bahwa untuk wilayah Amerika Latin, Kuba menempati urutan satu untuk kategori: tingkat kematian bayi yang rendah, rasio penduduk per dokter, tunjangan hidup, perumahan, rasio penduduk per ilmuwan, kehadiran penduduk dalam acara seni dan budaya, budidaya tanaman, serta menjadi negara terbaik di dunia untuk masalah kualitas fisik indeks hidup. Angka-angka jauh melebihi pencapaian Amerika Serikat dalam berbagai hal, dan berada di atas standar indeks kehidupan yang dikeluarkan oleh PBB. Namun keunggulan komparatif Kuba ini terguncang hebat ketika Blok Sosialis tempat Kuba menggantungkan pasokan energi, runtuh. Demikian juga dengan pasokan peralatan industri modern dan nilai tukar perdagangan impor maupun ekspor. Lompatan-lompatan perubahan pun terjadi dalam skala yang drastis.
Sejak sekitar tahun 1970 diadakan perluasan pemasaran hasil produksi Kuba. Pemasaran diperluas hingga Eropa Barat seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Jepang, Kanada, dan RRC. Hasilnya tahun 1973, Kuba telah sanggup mengekspor US$ 1302 juta barang-barang. Mulai tahun 1974 mulai ditembuslah blockade ekonomi oleh Argentina dan kemudian Negara-negara Amerika Latin lainnya. Argentina telah merintis penjualan mobil buatan AS sebanyak 44.000, dengan harga US$ 150 juta dan Truk buatan pabrik-pabrik Chrysler, Ford, General Motors, sebagai bagian dari suatu kontrak dengan harga US$ 1,2 billion. Hal tersebut dilakukan juga oleh Kanada dengan mengadakan kontrak perbaikan 9 buah lokomotif lama dan penjualan 24 lokomotif baru. Kemudian satu persatu Negara-negara Amerika Latin mulai mengadakan diplomatic kembali dengan Kuba. Perjuangan menghapus blockade mulai memperoleh kemajuan besar setelah adanya sidang ke-16 negara-negara OAS di kota San Jos Kosta Rika 29 Juli 1975, dalam konferensi ini diputuskan blockade politik dan ekonomi terhadap Kuba yang dijatuhkan oleh OAS.
Pemecahan masalah energi Kuba yang luar biasa, tidak serta merta menjawab krisis di bidang lainnya. Budidaya tanaman yang pada tahun 1989 dicirikan dengan tingkat modernisasi yang tinggi, dan ketergantungan yang sangat besar atas pemakaian pestisida dengan bahan baku impor mengalami hantaman yang mendasar. Seketika, impor pestisida turun hingga 60 persen lebih, pupuk 77 persen lebih, dan suplai minyak untuk budidaya tanaman turun sampai setengahnya. Impor makanan pun jatuh hingga lebih dari setengahnya. Sistem budidaya tanaman yang nyaris semodern dan terindustri seperti California dihadapkan pada dua mata pisau: kebutuhan untuk produksi makanan yang pada hakikatnya berlipat ganda mengurangi lebih dari separuh pemasukan; dan pada saat yang sama mempertahankan produksi hasil panen untuk ekspor agar tidak mengikis lebih jauh posisi nilai tukar asing Kuba yang sungguh menyedihkan. Sekalipun di bawah tekanan embargo Amerika, berbekal komputer antik, Sistem telepon yang masih primitif, peralatan laboratorium yang tidak lengkap, dan hanya bermodalkan pensil, Kuba berhasil memobilisasi upaya penelitian dan pendidikan untuk menghadirkan sumber energi baru. Krisis justru menjadi insentif bagi Kuba untuk mengubah perilaku rakyatnya dalam penggunaan energi.
Tahun 1977 Kuba mulai merasakan kemerosotan ekonomi perdagangan. Blokade ekonomi Amerika Serikat yang telah berjalan selana 15 tahun. Bantuan selama itu yang di berikan oleh negara-negara pro-Kuba belum cukup untuk menstabilkan kehidupan ekonomi Kuba, suku cadang yang kuarang memadai, beban hidup buruh semakin berat. Dampaknya, banyak rakyat Kuba yang berusaha mengadu keberuntungan ke negeri lain. Dalam tahun 1977-1978 diperkitakan 500.000 orang Kuba telah meninggalkan Kuba. Untuk menutupi kemelut di dalam negerinya, Castro melakukan konverensi-konverensi politik dan mengirimkan pasukan bantuan ke 16 negara (afrika, Vietnam, Korea Utara, Jamaika, dll).
Kondisi ini sungguh membalikkan keadaan semula, ketika keuntungan ekspor gula melimpah yang mampu menghasilkan 7,4 persen volume perdagangan dunia, ketersediaan agrokimiawi dan bahan bakar untuk budidaya tanaman, serta persediaan ragam pangan yang cukup untuk penduduk Kuba dengan harga terjangkau. Namun lagi-lagi dengan jatuhnya blok sosialis telah merombak hampir semua aspek kehidupan rakyat Kuba. Krisis sepanjang Periode Khusus telah memberi pelajaran berharga untuk mendidik pola makan rakyat dengan lebih mengedepankan konteks tradisi dan budaya dengan perhatian, kecermatan, dan ketelitian secara khusus untuk realistik.
Ketika rezim Revisionisme pada akhirnya terbukti gagal dengan bubarnya federasi Uni Soviet pada 1989, Kuba sebagai salah satu negara satelit Uni Soviet terseret masuk ke lembah kesuraman. Suatu kenyataan pahit yang menimpa sebuah negara paling maju dan modern di seluruh daratan Amerika Latin. Hal ini diperparah dengan masih berlangsungnya embargo politik dan perdagangan Amerika Serikat. Orang Kuba menyebut masa sulit itu sebagai "Periode Khusus dalam Masa Damai"; suatu kondisi yang pada dasarnya meletakkan kewaspadaan negara pada sikap penghematan ekonomi masa perang. Perekonomian Kuba memang nyaris ambruk. Mereka harus menghadapi berbagai kenyataan pahit, seperti bagaimana satu ton gula Kuba hanya dihargai satu ton minyak Soviet. Suplai minyak dari Soviet ke Kuba turun hingga 50%. Listrik hanya menyala 2 jam setiap hari dengan cara bergilir. Mata uang tak berharga lagi. Ketersediaan pangan mulai menipis. Asupan kalori dan protein dari penduduknya mulai mengkhawatirkan, dan indikator pertama yang terlihat setelah beberapa dasawarsa terhadap kemungkinan malnutrisi telah tampak. Kerawanan pangan tentu telah memperlihatkan dirinya sebagai momok yang mengancam jalan sosialis Kuba. Sejak itu pemerintah Castro melakukan sejumlah lompatan untuk menanggulangi krisis. Pemerintah Castro bersama dengan rakyat Kuba bekerja keras mengerahkan segenap kemandirian dan daya cipta untuk mencukupi kebutuhan sendiri.
Kuba senantiasa bertumpu pada kekuatan rakyat sendiri. Seiring krisis pangan mengancam dalam negeri mereka, pemerintah revolusioner segera menggalang propaganda untuk melakukan mobilisasi rakyat. Pemerintah Castro segera membentuk aliansi dari lembaga pemerintah terkait untuk melakukan penelitian yang dipimpin oleh Lembaga Penelitian Tanah dan Pupuk, Lembaga Penelitian Ekologi dan Taksonomi, dan Front Budidaya Hayati (Bioagrikultur) yang dibentuk oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional, dengan tujuan untuk menemukan jalan keluar menghadapi masalah produksi pangan selama Periode Khusus. Aliansi gerakan politik dan sosial-ekonomi ini menjadi payung nasional dari upaya penyelamatan krisis pangan di Kuba pada awal 1990-an.
Berikutnya dilancarkan berbagai langkah: mobilisasi rakyat adalah tradisi sosial maupun politik di suatu Pemerintahan Rakyat Revolusioner. Kuba membangun pemukiman di daerah pedesaan dan menyerukan kepada rakyat kota untuk menyumbangkan tenaga mereka untuk bekerja dalam jangka waktu dari 2 minggu sampai 2 tahun. Mereka menjadi buruh jangka pendek dengan meninggalkan pekerjaan atau sekolah mereka selama 15 hari untuk bekerja sukarela di daerah pedesaan, hidup dalam asrama di pemukiman perkebunan. Pada tahun 1991, tahun pertama dari pengerahan buruh ini, sekitar 146.000 warga Havana turut berpartisipasi. Pemerintah mengajak rakyatnya untuk mengotori tangan mereka dengan lumpur untuk memenuhi lumbung pangan nasional.




BAB III
PENUTUP
Simpulan
Permasalahan timbulnya krisis Kuba dilatarbelakangi dengan ketidakharmonisan hubungan Kuba dengan Amerika Serikat. Ketika perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat dan Inggris disuruh Castro unruk melakukan penyulingan terhadap minyak kasar Rusia, namun perusahaan-perusahaan minyak menolaknya. Penolakan tersebut membuat marah Castro dan segera menasionalisasikan perusahaan-perusahaan minyak tersebut.
Embargo tersebut mulai dilakukan pada 19 oktober 1960. Castro terus melakukan kebijakannya menasionalisasikan semua perusahaan Amerika Serikat seperti perusahaan gula, 2 perusahaan elektrik Co, dan Cuban telephone Co, tiga buah bank. Mulai tahun 1960 Kuba sudah menerima bantuan dari Uni Soviet. Pada 3 Januari 1961 Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatic dengan Kuba
Krisis rudal/misil Kuba adalah sebuah krisis yang terjadi antara tahun 1962 yang terjadi sebagai akibat dari Perang Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Krisis ini terjadi setelah terungkap fakta bahwa Amerika Serikat telah mensponsori sebuah serangan ke Teluk Babi milik Kuba, sebuah negara komunis di Laut Karibia.
Berikutnya dilancarkan berbagai langkah menanggulangi krisis yaitu, mobilisasi rakyat adalah tradisi sosial maupun politik di suatu Pemerintahan Rakyat Revolusioner. Kuba membangun pemukiman di daerah pedesaan dan menyerukan kepada rakyat kota untuk menyumbangkan tenaga mereka untuk bekerja dalam jangka waktu dari 2 minggu sampai 2 tahun.

Ikhwanul Muslimin



Bab I

Pendahuluan

A. latar belakang

Pada bulan Desember 1927 di kairo berdiri sebuah Perhimpunan Pemuda Islam (YMMA). Namun setahun kemudian, yakni pada tahun 1928 lahirlah sebuah organisasi baru yaitu Ikhwanul Muslimin yang berdiri di kota Isma’iliah, Mesir. Organisasi ini didirikan oleh Hasan al-Banna bersama keenam tokoh lainnya yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al- Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al- Maghribi yang juga merupakan anggota YMMA. Diantara YMMA dan IKhwanul Muslimin keduanya adalah merupakan organisasi kelompok Islam. Namun perbedaannya adalah terletak dalam metode bergerak, program pendukungnya dan arah penampilannya.
Gerakan Ikhwanul Muslimin tidak berasal dari barat baik langsung maupun tidak langsung. Ia tidak mempunyai sangkut paut dengan organisasi fasis maupun nazi. Ikhwanul Muslimin juga tidak mempunyai hubungan dengan suatu serikat asing. Asal muasal yang mendorong lahirnya Ikhwanul Muslimin dapat dilihat dari dua sumber yakni dengan mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di Mesir awal abad ke-20 hingga 1928 dan juga dengan mempelajari sejarah hidup al-Banna.
Organisasi ini bertujuan untuk mempersatukan umat Islam dalam menghadapi era globalisasi. Dimana pada saat itu, keadaan politik dan pemerintahan Mesir sedang terombang-ambing. Sehingga pada tahun 1933, al-Banna muncul dan bergerak bersama para aktivis agama menggalang semacam front. Ia membuka kontak dengan took buku Salafiyah milik Muhibbuddin al-Khatib yang juga merupakan pemilik surat kabar al Fath. Pada tahun 1932, Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez yakni Abu Soweir dan al-Mahmoudiyah.

B. rumusan masalah


Bab II
Pembahasan

A. peranan al-Banna serta pertumbuhan dan perkembangan Ikhwanul Muslimin

Pada tanggal 19 September 1927, al-Banna tiba di kota Isma’iliah dan mengajar di sebuah sekolah pemerintah. Di kota inilah pada bulan Maret 1928 ia mendirikan Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu ia hanya memiliki enam orang pengikut dan sekelompok siswa yang taat kepada guru. Enam bulan menjelang munculnya Ikhwanul Muslimin, ia melancarkan sebuah persiapan. Ia kembali kepada eksperimen yang pernah dilancarkannya di Kairo dengan hasil jauh lebih mantap. Ia berkotbah menerangkan ayat, mengingatkan umat akan azab neraka dan nikmat surga.
Ia mahir memahami kelompoknya yang kecil dan cara-cara efektif menghadapi ulama, sufi dari berbagai aliran dan orang-orang terkemuka. Ia berhasil menyingkirkan sejumlah pertentangan-pertentangan. Ia membatasi petunjuknya pada masalah-masalah umum dan pada soal-soal di sekitar lingkungan sendiri. Ia mencoba menegakan sebuah gerakan yang umum dan luas yang didasari ilmu, pendidikan dan semangat militansi yaitu soko guru ajaran Islam.
Pada masa awal aktivitasnya di Isma’iliah, politik tidak menjadi elemen menyolok dalam program al-Banna sepanjang masa persiapannya. Lingkungan baru telah mengimbuhi tendensi politik di atas kesufiannya. Ia tinggal di Isma’iliah sejak tahun 1928 sampai 1933. menyebarkan gerakan yang tidak terbuka tetapi berhasil menarik perhatian. Sebagian besar pengikut al-Banna adalah kaum pekerja.
Setelah dua tahun melakukan perjalanan, ia mendirikan gerakan Abusir, Port Said dan al-Balah. Setahun kemudian, sebuah cabang berdiri di Suez. Ia juga mendirikan sebuah markas besar gerakan di Isma’iliah yang berfungsi sebagai tempat pertemuan.
Setelah lima tahun Ikhwanul Muslimin berdiri, al-Banna dipindahkan ke Kairo. Dengan ini Ikhwanul Muslimin memasuki tahap baru. Namun masih bergerak dengan gaya terdahulu yaitu tertutup dan rahasia, mengunjungi masjid dan berkotbah, memilih para pendukung dan mendirikan cabang secara diam-diam dan waspada.
Al-Banna mendirikan Majallatul Ikhwanul Muslimin (majalah Ikhwanul Muslimin). Komunikasi yang sebelumnya dijalin lewat kunjungan, pamphlet dan kegiatan kelompok, ini ditingkatkkan melalui artikel dan pelbagai tulisan. Kemudian al-Banna melaksanakan kongres umum yang dihadiri semua cabang. Ia mulai menebarkan pandang ke sepanjang perbatasan Mesir. Mulailah bermunculan cabang Ikhwan di Sudan, Suriah, Libanon, Palestina dan negeri-negeri Afrika Utara. Selama periode tersebut al-Banna memasuki kalangan politik dengan memberikan ceramah di radio dan klub. Ia juag menyurati para perdana menteri pemerintah Mesir berturut-turut. Mulai dari Muhammad Mahmud Pasha sehingga meletusnya Perang Dunia II.
Sementara itu,pemerintah belum menunjukan perhatian istimewa terhadap gerakan ini. Langkah politik Ikhwan yang paling jauh ialah seruan untuk membubarkan partai dan mengendalikan kekuatan politik nasional kesatu arah. Posisi mereka yang mulai berhadapan muka dengan pemerintah Mesir itu dimulai dari kepercayaan mereka sendiri bahwa setiap pemerintahan yang berdiri pada asa dan hokum no-Islam sesungguhnya tidak punya nilai. Mereka melanjutkan seruan untuk berpaling kesistem pemerintahan Islam dalam semua aspeknya. Namun belum mengambil jalan kekerasan.
Pada tahun 1938, gerakan ini memantapkan tujuan. Al-Banna meletakan prinsip-prinsip melalui pamphlet berjudul Nahwan Nur (kea rah cahaya). Ini adalah sebuah gerakan Salafiyah, sebuah jalan ortodoks, kenyataan sufi, lembaga politik, kelompok olahraga, masyarakat ilmu dan kebudayaan, kongsi dagang dan gagasan social.
Pada periode 1939-1945 (saat Perang Dunia II) Ikhwanul Muslimin memasuki tahap baru. Periode ini dinamakan awal azab sengsara gerakan tersebut terutama dalam kaitannya dengan kegiatan politik. Tapi juga awal sukses dan penghargaan atas vitalitasnya dan pelaksanaan programnya secara luas. Kegiatannya meningkat. Kalangan perguruan tinggi mulai ambil bagian. Terutama dari Universitas Fuad Pertama dan Universitas Al-Azhar. Aktifitass komersial diperluas. Latiha fisik dan olahraga digalakan. Pelbagai kegiatan diorganisasikan melalui cabang yang bertebaran di seluruh negeri. Dengan kata lain, Ikhwanul Muslimin mulai menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan. Perselisihan pemerintah dengan Ikhwanul Muslimin sendiri pecah didorong oleh pelbagai hal yang berkembang terutama ketika perang memasuki tahap serius. Misalnya berkenaan dengan undang-undang darurat serta berbagai factor yang tidak dapat dielakkan.
Pada masa Ali Mahir dan Hasan Shabri, Ikhwan bertahan melancarkan khotbah, pendidikan pribadi dan umum, pembahasan buku yang sama seperti sebelumnya. Mereka juga mendukung keputusan Ali Mahir untuk menjadikan Mesir Negara netral.
Bencana mulai menimpa ketika Sirri Pasha berkuasa dibawah tekanan Kedubes Inggrisdan markas-markas serdadunya. Ikhwanul Muslimin dilarang menerbitkan buku pamphlet baru atau mencetak ulang pamphlet terdahulu. Bahkan percetakan mereka ditutup. Surat-surat kabar tidak didijinkan memberitakan apapunmengenai gerakan ini. Ikhwan tidak dibenarkan menyelenggarakan rapat dan pertemuan.
Pemerintah juga berusaha menceraiberaikan tokoh gerakan ini. Al-Banna dipindahkan ke Qana dan Ahmad as-Sukkari dihalau ke damietta. Namun berkat desakan perlemen akhirnya mereka dipindahkan ke Kairo. Al-Banna dan as-Sukkari ditahan lagi namun dibebaskan kembali setelah adanya tindakan dari para pendukungnya. Malah penindasan yang dilancarkan pemerintah ternyata semakin menimbulkan minat rakyat terhadap Ikhwan. Jumlah anggota meningkat. Kemudian an-Nahhas memegang pemerintahan di Mesir. Hubungan antara Ikhwan dan an-Nahhas berlanjut bagaikan pasang surut perang dan damai. Akhirnya Ikhwan menghentikan kebiasaan memberi nasihat, lisan maupun tertulis sampai an-Nahhas turun dari kursi pemerintahan pada tahun 1944.
Ketika Ahmad Mahir berkuasa, Ikhwanul Muslimin kembali dilanda sengsara. Hak pemimpinnya sangat dibatasi. Kemudian masa kekuasaan an-Nuqrasyi diawali dengan penangkapan al-Banna dan sejumlah tokoh Ikhwan. Mereka dituduh bersengkongkol dalam pembunuhan Mahir. Namun tuduhan tidak terbukti dan merekapun dibebaskan.
Pada tahun 1945, perang usai. Ikhwanul Muslimin memasuki tahap terakhir. Pada tanggal 8 September mereka mengadakan sidang umum. Sebuah amandemen terhadap anggaran dasar, diumumkan dengan maksud memperjelas tujuan dan cita-cita Ikhwanul Muslimin. Ikhwan mengarahkan langkah, harapan dan cita-citanya menuju pemerintahan Islam. Mereka mencantumkan gagasan kekhalifahan dalam bagian utama program.
Pada saat Ikhwanul Muslimin mengalami masa gelap, pada tahun 1940 sampai Desember 1948 terjadi pembuangan, penangkapan, penyitaan yang silih berganti. Dimana pada saat itu gerakan ini seutuhnya dilarang, pada saat itu al-Banna berkeinginan memajukan negeri secara religius, social dan ekonomi dengan meninggalkan asperk politik. Namun langkah tersebut terlambat karena pada tanggal 12 Februari 1949, Hasasan al-Banna tewas dalam suatu pembunuhan. Maka soko guru Ikhwanul Muslimin tumbang. Akibat peristiwa itu, anggota Ikhwan kembali ditangkap dan diperkarakan. Mereka menjadi orang-orang yang tidak dilindungi undang-undang.
Setelah kematian al-Banna, azab yang ditanggung Ikhwanul Muslimin mencapai puncaknya. Jumlah oendukung semakin merosot. Dapat dikatakan bawha gerakan ini benar-benar sudah runtuh. Namun, ketika pemilu, Partai Wafdi yang didukung oleh Ikhwan keluar sebagai pemenang dengan kelebihan banyak suara. Maka, sedikit demi sedikit kesengsaraan Ikhwan berkurang. Para penulis mereka mulai bergerak. Surat kabar mulai bermunculan lagi. Bahkan telah terpilih Direktur Jenderal yang baru yakni Hassan Ismailal-Hudaibi.
Pada tanggal 15 Desember 1951, pemerintah Mesir mengembalikan sebagian harta Ikhwan yang disita, diantaranya gedung markas besar mereka, kantor surat kabar dan percetakan serta beberapa kantor cabang. Masa ini dapat disebut sebagai periode pembenahan secara besar-besaran. Sisa-sisa gerakan direkrut dan ditingkatkan. Hirarki ditegakan, tempat yang lowong diisi tenaga baru. Kini para ulama Ikhwan mulai dengan penjelasan detail melalui berbagai tulisan dan artikel panjang. Mencari pemenuhan prinsip Islam dalam kehidupan sehari-hari yakni Islam dan kondisi politik, Islam dan masalah-masalah hokum, Islam dan perdagangan, islam dan posisi ekonomi, Islam dan program social, dan Islam dan kelaliman politik. Ini memberikan pertanda Ikhwan memasuki tahap baru.
Masa kebangkitan ini didukung oleh majalah mereka, Al-Muslimun. Kepemimpinannya dipercayakan kepada seorang propagandis Ikhwan terkemuka. Yang sebelumnya Ikhwan lebih banyak menghimbau massa, kini tampaknya gerakan tersebut lebih melirik kalangan terdidik.
B. Ikhwanul Muslimin dan Revolusi Mesir

Pada tanggal 23 Juli 1952 revolusi meledak. Pada tingkat pertama ada dua keputusan Dewan Revolusi yang menggembirakan Ikhwan yakni, mengusut kematian al-Banna dan menghukum sang pembunuh dan komplotannya, kedua, amnesty untuk tahanan politik yang langsung menyangkut nasib sejumlah anggota Ikhwan. Para penguasa revolusi mengambil tindakan ini adalah sebagai usaha untuk menegakan keadilan. Dimana, saat di bawah kekuasaan dan pemerintahan lama, pembunuhan terhadap al-Banna tak pernah diungkit dan para tahanan politik sebagian besar ditangkap berdasar kecurigaan tanpa bukti yang kuat. Akhirnya banyak orang yang mengatakan bahwa revolusi merupakan alat Ikhwan untuk mewujudkan gagasan-gagasan mereka.
Pada tanggal 9 Desember 1952, setelah Ali Mahir meletakan jabatan, Mohammad Najib membentuk cabinet. Ia menggundang Hudaibi untuk menunjuk tiga orang wakilnya dalam pemerintahan yang baru. Namun hanya satu yang disetujui Dewan Revolusi yaitu syaikh Hasan al-Baquri. Mengetahui keputusan ini, Hudaibi memberitahu Gamal Abdul Nasser, Komite Sentral Ikhwanul Muslimin agar tidak ikut memerintah. Hal ini karena Ikhwan tak ingin memberi warna khusus dalam pemerintahan dan tak ingin mengundang kritik dari luar. Akhirnya Al-Baquri duduk sendirian dalam cabinet. Ia dipecat Ikhwan. Mereka tidak peduli akan kemarahan tokoh ini atau akan bahaya yang mengancam menghubungkan mereka dengan Revolusi di masa depan. Ikhwan juga tidak berusaha menutupi tujuan mendirikan pemerintah Islam.
Langgam kerja mereka sekarang dibagi dalam program jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek yaitu menyingkirkan beban utama yang menindih pundak bangsa, tugas yang sudah berhasil dilaksanakan angkatan darat. Adapun program jangka panjang didasarkan pada prinsip pendidikan yang luas, usaha melahirkan generasi baru yang “Islam dalam pikiran, perasaan, moral serta berjuang untuk pelaksanaan hokum Allah”. Generasi baru yang didengung-dengungkan Ikhwan itu menjadi bahan persiapan bagi pelaksanaan hokum Islam di masa depan. Mereka tidak sudi mempercayakan hal itu ke tangan para perwira militer. Namun, diperkirakan generasi baru itu baru akan beres setelah sepuluh tahun. Dan selama itu mereka ingin Dewan Revolusi yang memegang tampuk kekuasaan. Akan tetapi, revolusi menolak tawaran itu. Judi dan alcohol masih diperbolehkan. Merasa kecewa, akhirnya Ikhwan tampak semakin gigih.
Pada tanggal 10 desember 1952 konstitusi lama dihapuskan dan dibentuk majelis konstituante yang baru beranggotakan 100 orang. Tiga diantaranya adalah anggota Ikhwanul Muslimin. Konstituante yang dibentuk adalah berdasarkan prinsip-prinsip Islam.
Pada tanggal 16 Januari 1953 semua partai politik dibubarkan. Namun tidak dengan Ikhwanul Muslimin, ada jaminan bahwa mereka tidak akan mengikuti kegiatan politik. Tapi setelah menjadi satu-satunya organisasi legal yang boleh melancarkan kegiatan, mereka kembali tergoda untuk menasihati dan menggurui pemerintah. Mereka kemudian meminta duduk dalam cabinet. Ketika permintaan ini ditolak, mereka menguslkan pembentukan sebuah komite Ikhwan yang bertugas memeriksa semua peraturan sebelum diundangkan. Namun juag ditolak. Akhirnya Hudaibi segera melancarkan kampanye menyerang pemerintah. Para Ikhwan diminta memandang Dewan Komite sebagai “musuh yang harus dilawann”
Pada tanggal 2 Januari 1953, sebuah lembaga politik baru berdiri yang bernama Dewan Pembebas. Dewan ini semacam front persatuan yang juga akan menampuung Ikhwanul Muslimin dan para anggota partai yang dibubarkan. Tetapi Ikhwan melihat ancaman tersembunyi dalam pembentukan lembaga baru ini. Mereka sadar, persatuan sudah tidak bias dipertahankan lagi. Dewan tak yakin Ikhwanul Muslimin memahami semangat dan cita-cita revolusi. Sebaliknya, Ikhwan tidak percaya Dewan Revolusi menghargai prinsip-prinsip mereka. Jurang perpisahan semakin lebar.
Setelah peristiwa ini, Ikhwanul Muslimin mengarahkan perhatiannya kepada angkatan darat dan polisi. Mereka membina ‘sel’ rahasia dalam tubuh kedua organ tersebut. Sel-sel ini merupakan ‘ragi’ yang mengembangkan kegiatan Ikhwanul Muslimin. Dalam front yang lebih terbuka, Ikhwan menggalakkan kegiatannya di kalangan serikat buruh. Pemerintahan Mesir tentu saja waspada dan mengambil sejumlah tindakan antara lain memindahkan para perwira yang dicurigai bahkan memecat beberapa setelah mengalami masa penahanan.
Setelah persetujuan Inggris-Mesir mengenai Sudan, pada tanggal 12 Febuari 1953 pemerintah mengarahkan perhatiannya pada masalah Terusan Suez. Berbagai perundingan diselenggarakan dan pada tanggal 19 Oktober 1954 mencapai sebuah persetujuan. Mengenai masalah ini, sejak semula pemerintah dan Ikhwanul Muslimin berbeda pendapat Ikhwan secara apriori mencurigai Inggris dan menganggap perundingan dengan mereka tidak akan memecahkan persoalan Mesir. Bukan rahasia lagi Ikhwan mempersiapkan diri mengangkat senjata melawan Inggris. Revolusi bangkit untuk mengusir Inggris dan memberi mereka sebuah pelajaran. Itulah sebabnya Garda Nasional didirikan dan Kawula Mesir menyambutnya dengan hangat, dipimpin para pemuda Ikhwan. Revolusi sudah menemukan jalannya dan tidak berurusan dengan perundingan, melainkan perjuangan bersenjata. Perundingan adalah cara yang hanya akan memuaskan pihak Inggris.
Inggris sendiri tidak putus asa. Mereka membuka kontak dengan Ikhwan, menjajaki pandangan serikat itu mengenai persoalan persetujuan bersama. Dan hal ini membangkitkan amarah pemerintah yang mencoba menggalang front dari seluruh potensidalam negeri. Tidak ada keseregaman diantara sumber yang mengungkapkan kontak tersebut. Menurut sumber Ikhwan, Inggris mengharapkan serikat itu membantu para pewira komando mereka. Sumber revolusi sendiri menyebutkan Ikhwan menelikung para perunding pemerintah dari belakang dengan cara menawarkan syarat yang lebih lunak. Mereka kabarnya menyetujui kembalinya Inggris ke wilayah Terusan Suez tergantung pada keputusan yang diambil sebab komite Inggris-Mesir dan PBB akan menentukan syarat-syarat yang memungkinkan perang. Hal ini konon, tidak disetujui para perunding. Pembicaraan Ikhwan-Inggris meliputi juga kemungkinan tercapainya sebuah persetujuan rahasia.
Kenyataannya, bahwa sebelum persetujuan apapun tercapai, pada tanggal 12 Januari 1954 sebuah peristiwa telah membukakan jalan bagi pembubaran Ikhwanul Muslimin. Mereka dikenakan undang-undang yang membubarkan partai politik. Ratusan anggota mereka ditahan, termasuk Hudaibi dan Shalih Ashmawi. Pemerintah merasa cukup punya alas an membubarkan Ikhwan. Di satu pihak, Dewan Revolusi yang disegani Ikhwan sudah tidak berhasil menciptakan perdamaian. Dilain pihak, Ikhwan tampaknya sudah memilih jalan sendiri yang lebih condong kepada pertumpahan darah.
Pada tanggal 23 Febuari1954, Mohammad Najib tersingkir dari kedudukannya. Peristiwa ini membangkitkan demonstrasi, kekerasan dua hari kemudian. Keadaan menjurus kearah perjuangan bersenjata. Pada tanggal 28 Febuari 1954 Mohammad Najib dikembalikan pada kedudukannya. Dan Ikhwan memandang peristiwa ini sebagai kemenangan mereka yang didukung massa. Setelah itu, dua kali lagi mereka melancarkan demonstrasi kekerasan. Yang pertama, menewaskan delapan mahasiswa dan duapuluh luka-luka yang terjadi di dekat masjid Universitas Kairo. Dan pada demondtrasi kedua, seorang mahasiswa dan seorang polisi terbunuh serta limabelas luka-luka, di dekat Hotal Semiramis.
Bersama mata rantai peristiwa yang dikobarkan Ikhwan secara intern, ada pula actor luar yang turut menekan Dewan Revolusi. Ikhwan menyelenggarakan konferensi di Damaskus, dihadiri cabang Suriah, Irak, Yordania dan Sudan. Konferensi ini melancarkan kampanye menentang revolusi dan menentang pernyataan pemerintah mengenai pembubaran Ikhwan.
Pada tanggal 25 Maret 1945, Dewan Revolusi mengeluarkan sebuah dekrit terdiri dari 6 pasal. Pasal kedua mengumumkan diizinkannya kembali partai-partai politik, termasuk Ikhwanul Muslimin. Tanggal 28 Maret 1954, pemogokan umum berlangsung. Akhirnya Nasser tampil kedepan mengepalai sebuah pemerintahan militer. Dia membubarkan partai-partai politik, kecuali Ikhwanul Muslimin. Ikhwan kemudian memusatkan usahanya untuk menggulingkan rezim yang memerintah. Hanya sedikit yang ragu bahwa mereka bermaksud membujuk Mohammad Najib, yang sebenarnya cenderung memilih front kerakyatan di banding Dewan Revolusi. Mereka juga memusatkan perhatian pada pembentukan organisasi rahasia, yang pelaksanaannya dipercayakan kepada Abdul Mun’im Abdur Rauf.
Ketika persetujuan evakuasi mulai dirintis tanggal 1 September 1954, Ikhwan meledak dalam kemarahan dan berusaha membatalkan persetujuan tersebut. Namun pemerintah tetap menandatangani persetujuan tersebut tanggal 19 Oktober 1954. Ikhwanul Muslimin mengumumkan perang tak kenal ampun terhadap revolusi. Ikhwan menekankan tidak ada persetujuan yang dapat dibuat pemerintah dengan suatu Negara asing tanpa kesepakatan parlemen terpilih, yang secara terhormat mewakili keinginan rakyat Mesir, dengan membebaskan pers dari sensor, sehingga tiap orang leluasa mengemukakan pendapatnya.
Keadaan bertambah gawat. Hudaibi melakukan perjalanan ke berbagai Negara Arab seraya mengeluarkan pernyataan anti-revolusi. Kemudian, dua bulan mereka kembali secara terang-terangan memusuhi revolusi. Ikhwan mengerahkan seluruh kekuatannya melawan persetujuan itu. Mereka menyiarkan sebuah pernyataan Muhammad Najib yang mengkritik persetujuan tersebut ketika menjabat presiden.
Pada waktu yang sama organisasi rahasia Ikhwa meneruskan usahanya mengatur demonstrasi umum dengan tujuan memaksa pemerintah mundur. Tapi keadaan berbalik ketika Mahmud Abdul Latief gagal menembak Nasser pada tanggal 26 Oktober 1954. Enam anggota Ikhwan diadili dan digantung. Menurut sumber mereka, lebih dari tiga ratus orang dihukum kerja paksa untuk jangka waktu yang panjang, sekitar sebelas ribu menerima hukuman pelbagai tingkat. Sejarah akhirnya menjadi hakim. Terlepas dari baik buruknya persetujuan Inggris-Mesir, tidak sepenuhnya menuduh Nasser sebagai kolaborator Iggris yang ingin mencantolkan Mesir lebih erat ke blok barat.

Penarikan Pasukan Pemantau Gencatan Senjata Malaysia dari Masalah Moro di Filipina




Front Pembebasan Islam Moro dan pemerintah Filipina akan menandatangi kesepakatan perdamaian tahun ini. Kesepakatan ini akan mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama hampir 30 tahun. Dalam pemberontakan itu, 120.000 tewas dan sedikitnya dua juta warga kehilangan tempat tinggal mereka sejak tahun 1960-an. MILF menuntut pembentukan wilayah otonomi Islam, dengan hukum Syariah dan kelompok itu mengendalikan keamanan dan sumber daya alam. Mindanao adalah pulau dengan penduduk mayoritas umat Kristen sementara umat Islam mencapai 18 persen dari seluruh penduruk Filipina. Sejumlah pihak khawatir bila hal ini tidak diterapkan dengan baik, malah akan memicu kekerasan antar umat beragama di wilayah itu. Inilah wilayah Islam di kota Zamboagna, mayoritas penduduknya beragama Kristen. Di pinggiran laut, rumah-rumah kayu panggung berdempatan, tidak ada toilet dan air bersih yang mengalir juga terbatas. “Warga Islam Bangsa moro yang beragama sangat miskin; Sebagian besar tidak berpendidikan dan tidak punya pengetahuan karena kemiskinan.
Ketika Republik Filipina merdeka pada 1946, mayoritas warga Islam Moro di pulau Mindanao, meminta supaya tidak menjadi bagian negara yang baru itu. Namun, permintaan itu diabaikan, kata Dr. Abbas, Ketua Badan Pembangunan Bangsa moro. “Banyak hal yang terjadi yang membuat rakyat kami menderita. Yang bermula dari bersatunya tanah air Moro dengan negara Filipina tanpa persetujuan rakyat. Akibat kebijakan kolonial, perekonomian Bangsa moro tetap rendah. Sementara, warga dari Luzon dan Visayas menduduki tanah kami. Dulu warga Islam Moro dan suku asli Lumad mengendalikan seluruh pulau ini. Namun jutaan umat Kristen kemudian di pindahkan ke sana, melalui program transmigrasi yang mencapai puncaknya pada masa kediktaktoran Ferdinand Marcos. Pemerintah memberikan hak tanah pada para pendatang itu. Umat Islam di Filipina mencapai 18 persen dari seluruh penduduk negeri itu, namun 80 persen diantaranya tidak punya tanah.
Pada 1972, Front Pembebasan Nasional Moro mengangkat senjata, memperjuangkan hak-hak tanah mereka. Pertempuran berdarah itu terjadi selama 30 tahun. Akibatnya ratusan ribu orang tewas dan yang lainnya kehilangan tempat tinggal mereka. Baru pada 1992, sebuah kesepakatan damai ditandatangi untuk daerah otonomi warga Moro. Kemudian berkembang menjadi wilayah Islam Mindanao atau ARMM di kepulauan Sulu. Pembentukan wilayah itu bertujuan untuk pembangunan dan penentuan nasib sendiri warga Islam di sana. Namun, semua pihak yakin hal itu gagal total. Bahkan para pemimpin Moro mengatakan mereka ditipu dan Manila tidak memenuhi janjinya.
Pemerintahaan ARMM tidak bisa menjalankan pemerintahannya dengan baik dan korupsi merajalela. Karena ketidakpuasannya dengan kedua belah pihak, terbentuklah Front Pembebasan Islam Moro (MILF). Salah satu kamp pasukan bersenjata M-I-L-F terletak di pegunungan pinggiran kota Cotabato. MILF menuntut otonomi yang lebih luas. Mereka meminta 1000 desa di Mindanao untuk dimasukkan dalam wilayah Bangsa moro.
Namun sebagian komunitas Kristen sudah mulai ketakutan, akibatnya militer mengatakan tidak akan meninggalkan tempat itu. Namun, Romo Lyson khawatir, bila pemerintah tidak memberikan hak-hak itu kepada para pemimpin Islam, malah akan menimbulkan kekerasan. “Dalam segala solusi pasti ada bibit masalah baru yang akan muncul. Tapi khususnya dalam perpecahan sejarah dalam masyarakat kami, kalau ada kesepatakan perdamaian, belum tentu akan menciptakan perdamaian di tempat ini. Selama warga masih berperang dalam hati mereka masing-masing, nantinya akan terjadi bias, prasangaka buruk, kurangnya kepercayaan dan diskriminasi. Inilah yang akan terjadi di pasar, sekolah dan kantor.“
Tentara Malaysia yang bertugas memantau gencatan senjata antara pemerintah Filipina dan separatis Muslim Sabtu mulai ditarik dari pulau selatan Filipina yang bergolak, kata para saksimata dan para petugas bandara.
Penarikan mundur 40 tentara Malaysia dari empat kota di pulau Filipina selatan Mindanao itu akan menyisakan hanya 21 tentara Malaysia di wilayah tersebut. Satu pesawat kargo militer terbang ke kota-kota Davao dan General Santos untuk mengambil kontingen pemantau gencatan senjata itu, sebelum berhenti di Cotabato dan pelabuhan kota Zamboanga, sebelum kembali ke Malaysia. Ketua tim pemantau, Mayor Jenderal Bin Yashin Daud, sebelumnya mengatakan bahwa sebagian tim yang ditinggal, yang masih ada di Kota Cotabato, akan segera kembali ke Malaysia pada saat mereka mengakhiri mandat September depan. Pasukan Malaysia telah membentuk tim pemantau internasional atas gencatan senjata yang ditandatangani pada 2003 antara pemerintah Filipina dan separatis Front Pembebasan Islam Moro (MILF), yang berusaha memuluskan jalan bagi perundingan-perundingan perdamaian. Meskipun demikian Malaysia, yang juga menjadi tuanrumah perundingan-perundingan perdamaian, menyatakan bahwa pihaknya tidak akan mengirimkan tentaranya lagi setelah perundingan-perundingan terhenti, berkaitan masalah wilayah leluhur yang diklaim oleh pihak MILF.

Presiden Filipina Gloria Arroyo mengadakan pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi membantu menghidupkan kembali perundingan untuk mengakhiri konflik antara Pemerintah Filipina dengan kelompok Muslim di Filipina selatan yang sudah berlangsung 25 tahun. Namun, para pejabat usai pertemuan tersebut mengatakan, "hambatan teknis" terus membuat frustrasi upaya Manila untuk mencapai perdamaian dengan gerakan separatis Muslim terbesar, Front Pembebasan Islam Moro (MILF). Pemerintah Filipina dan MILF mengupayakan suatu paket awal untuk memulai pembicaraan perdamaian bulan lalu di Malaysia, yang membantu menengahi konflik antara Filipina dan MILF. Namun, proses menuju perdamaian itu terhambat oleh keengganan Manila untuk mencabut perintah penangkapan dan hadiah yang dijanjikan bagi pemimpin MILF.
Kuala Lumpur sebelumnya menegaskan bahwa pencabutan perintah penangkapan dan janji pemberian hadiah tersebut sangat penting bagi lahirnya rasa saling percaya, yang memungkinkan kedua pihak yang bersengketa duduk bersama-sama. Akan tetapi, Presiden Arroyo menekankan kepada Wakil PM Abdullah dalam pembicaraan singkat antara keduanya, bahwa ia siap untuk mencabut segala pembatasan itu jika MILF membuat permohonan resmi kepada pengadilan.
Masalah itu merupakan salah satu hambatan teknis bagi tercapainya perdamaian.
Sementara, MILF mengatakan, adalah terlalu dini jika mereka mengajukan permohonan kepada pengadilan karena itu bisa diartikan ia mengakui konstitusi Filipina. Negara-negara Muslim Himbau Hentikan Perang di Filipina Selatan, Sejumlah Negara Muslim, mendesak Pemerintah Filipina dan gerilyawan Muslim untuk menghentikan pertempuran yang sudah berjalan selama tiga hari. Pertempuran antara militer Filipina dan gerilyawan Muslim di Selatan tersebut telah menewaskan sedikitnya 18 orang termasuk anak-anak dan menyebabkan 8.000 orang kehilangan tempat tinggal. Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI) Ekmeleddom Ihsanoglu, menyerukan agar Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), menaati kesepakatan tahun 1996 yang bertujuan untuk menghentikan konflik di wilayah selatan Filipina itu. Lebih dari 8.000 warga desa melarikan diri dari rumah mereka karena pertempuran tiga hari antara pasukan Filipina dan kelompok pasukan gerilyawan Muslim, yang menewaskan sedikitnya 12 orang di pulau selatan Jolo.
Baru-baru ini pasukan pemerintah mengambil alih markas MNLF di dekat Kota Talipao, kemudian menangkap sejumlah kecil orang-orang Malik di Desa Panamao, serta terlibat bentrokan yang menewaskan seorang gerilyawan. Sekitar 8.000 warga desa dari Panamao terpaksa mengungsi dan mengatakan mereka telah ditampung serta diberi suplai makanan oleh pemerintah. Keamanan juga ditingkatkan di kota utama Jolo untuk mencegah kelompok Malik melakukan pengeboman ataupun serangan yang lain.
Aksi kekerasan dan bentrokan yang terjadi di wilayah selatan memang semakin mempersulit upaya perdamaian yang sebelumnya disepakati oleh Filipina, MNLF dengan dimediatori OKI pada tahun 1996 dalam sebuah pertemuan di Jedah, Arab Saudi. Sejumlah kegagalan implementasi perdamaian dengan MNLF juga membuat upaya Pemerintah Filipina untuk berdamai dengan kelompok separatis yang lain di Selatan, yakni Front Pembebasan Islam Moro (MILF) kian sulit.
Hingga kini perundingan damai antara Filipina-MILF kini masih buntu. Kedua belah pihak belum sepakat, terutama terkait pengelolaan sumber daya di wilayah Mindanao. MILF ingin sumber daya itu menjadi bagiannya namun pemerintah Filipina menolaknya. Kebuntuan telah memicu Malaysia yang selama ini menjadi mediator, menarik tim pemantau genjatan senjata dari Filipina Selatan. Tim Malaysia menjadi bagian terbesar dari 60 orang pemantau internasional di sana yang bertujuan untuk mencegah kontak senjata di wilayah Mindanao. Penarikan Malaysia dikhawatirkan akan mengancam genjatan senjata antara Filipina dengan MILF.
Pemerintah Filipina berharap agar pemantu lainnya yaitu dari Brunei, Libya, dan Jepang akan tetap bertahan. Namun Brunei juga dilaporkan akan mengambil langkah yang sama dengan Malaysia. Keberadaan pemantau telah menurunkan jumlah kontak senjata dari 700 menjadi 15 tahun lalu.
MILF yang berkekuatan anggota 12 ribu pada akhir tahun lalu mengatakan bahwa pembicaraan upaya mencari penyelesaian melalui perdamaian berada diambang kegagalan berkaiatan dengan tuntutan untuk dapat mengelola dan melakukan kegiatan ekonomi sendiri diatas wilayah yang telah mereka warisi dari generasi ke genrasi di wilayah selatan Mindanao.
Ketua MILF, Murad Ebrahim, pada Maret 2007 meletakkan kesalahan di pundak sekelompok jajaran militer yang dikatakannya telah berupaya menyabotase pertemuan yang membahasa perdamaian yang mencari penyelesaian atas kegiatan separatisme yang telah berlangsung 29 tahun lamanya. Murad mengatakan pasukannya dalam keadaan siaga siap mempertahankan wilayahnya apabila diserang .
MILF telah melakukan aksi angkat senjata untuk memperoleh kemerdekaan di wilayah Mindanao sejak 1978. Puluhan rtibu warga maupun militer telah meninggal dunia dalam konflik berkepajangan yang juga membuat semakin terpuruknya pembangunan di bidang ekonom,i di wilayah Mindanao

ZIONIS ISRAEL





Bangsa Yahudi dikenal pintar dalam memanipulasi sejarah, untuk mendukung kepentingan mereka, sehingga seolah-olah pendudukan Israel atas wilayah Palestina adalah sah. Padahal, banyak fakta sejarah yang dimanipulasi dan diputarbalikan. Karena it, catatan-catatan sejarah yang dikeluarkan oleh kaum Yahudi perlu dicermati dengan kritis. Termasuk catatan sejarah tentang berdirinya negara Israel.
Tanah yang disebut “Palestina” ini pada periode pendudukannya dikenal dengan sebutan Kanaan. Orang – orang Israel sendiri memberikan dua nama kepada penduduk setempat yang telah terlebih dahulu mendiami daerah tersebut, yaitu “orang-orang Kanaan” dan “orang-orang Amori”. kitabYosua dalam Perjanjian Lama menceritakan bagaimana orang-orang Israel menyebrangi sungai Yordan di bawah pimpinan Yosua dan merebut kota Jericho. Seluruh penduduk kota dan binatang ternak dibunuh oleh pasukan Yosua. Kota Jericho juga dibakar habis. Tidak ada dari penduduk kota itu yang selamat, kecuali perempuan pelacur dan keluarganya saja, sebab penyerbuaan atas Jericho memang dibantu oleh seorang pelacur penduduk Jericho bernama Rahab. Penaklukan Jericho merupakan awal Bani Israil.
Istilah Zionisme dinisbahkan kepada sebuah bukti bernama Zion yng terletak di sebelah Selatan Al Aqsha. Nabi Daud pernah menyerbunya di zaman pemerintahannya dan merebutnya dari kekuasaaan kaum Yabus. Nabi Daud membangun semacam benteng di sana yang diberi nama “Bandar Daud”. Oleh orang-orang Yahudi, tempat itu kemudian disucikan, karena mereka menganggap bahwa Tuhan bersemayam di Bukit Zion.
Kemudian Zionis-Israel telah secara terang-terangan memulai proyek penghancuran Masjidil Aqsha yang merupakan masjid tersuci ketiga bagi umat Islam sedunia. Jika sebelumnya kaum Zionis ini melakukan hal tersebut secara diam-diam, bahkan menyangkalnya dengan berbagai dalih, mereka telah menyatakan secara terbuka bahwa mereka memang berniat menghancurkan masjid yang pernah menjadi kiblat pertama bagi kaum Muslimin.
Upaya Zionis-Israel untuk menghancurkan Masjidil Aqsha sudah lama diketahui dunia. Keinginan mereka untuk membangun kembali Haikal Sulaiman (The Solomon Temple), di atas reruntuhan Masjidil Aqsha juga telah menjadi rahasia umum. Hanya saja, apa dasar ideologi dan maksud-maksud tersembunyi di balik penghancuran Masjidil Aqsha dan pendirian Haikal Sulaiman tersebut, hal ini masih menjadi pertanyaan besar.

YAHUDI, ZIONIS, dan ISRAEL
Negara Israel diproklamasikan tanggal 14 Mei 1948. Dengan proklamasi ini, cita-cita orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia tercapai. Mereka telah melaksanakan 'amanat' Theodore Herzl (1860-1904) dalam tulisannya "Judenstaat" (Negara Yahudi) sejak 1896. Berdirinya Negara Israel tidak terlepas dari usaha Zionisme. Herzl menyusun doktrin zionis sejak 1882 di Wina. Dia pula yang mengkongkretkan doktrin tersebut secara sistematis. Setahun setalah itu (1897), diadakanlah kongres Yahudi Sedunia di Basel yang antara lain memutuskan akan dibentuknya negara Yahudi yang mengambil tempat di Palestina. Sejak saat itu zionisme merupakan gerakan politik Yahudi. Sebelumnya zionisme merupakan gerakan keagamaan semata (Yudaisme). Yudaisme menginginkan datangnya Sang Juru Selamat kelah di akhir zaman. Pada masa itu 'semua keluarga di dunia ini' akan dipanggil ke Kerajaan Tuhan. Kerajaan ini akan di pusatkan di tempat terjadinya kisah-kisah yang telah dialami oleh Nabi Ibrahim (Abraham) dan Nabi Musa (Moses). Kehadiran gerakan keagamaan Yudaisme ini tidak banyak menimbulkan keresahan, bahkan penganutnya bisa hidup berdampingan dengan umat Islam maupun Kristen secara damai.
Yahudi sebagai bangsa merupakan sebutan bagi bangsa anak keturunan Nabi Ishaq (anak Nabi Ibrahim).Yahudi sendiri berasal dari nama salah seorang anak Ya'qub yakni Yahuda (atau Yehuda). Dalam sejarah, karakter bangsa Yahudi kerap dikenal dengan bangsa yang sombong, pembangkang, licik, pendusta, dsb.
Berikut adalah beberapa kelompok Yahudi yang pernah muncul dalam sejarah
Yahudi.
a. "Shaduqi". Merupakan salah satu kelompok tertua. Mereka meyakini Yahudi hanya sebagai agama dan dalam hubungan antar-manusia dikenal sangat terbuka, terutama dengan kaum muslimin. Doktrin agamanya didasari oleh pengakuan bahwa Uzair merupakan Anak Tuhan.
b. "Munawi" . Mereka berhasil mengumpulkan manuskrip Perjanjian Lama (Tanakh) dan menurut banyak ahli keagamaan merupakan basis pemikiran kaum Yahudi Ortodoks yang ada di Israel sekarang.
c. "Assini" (Hadsem Lama). Sekte ini menerapkan sistem sosialisme dalam kehidupan. Mereka melarang segala bentuk pemilikan dan perekonomian pribadi.Mereka tidak makan daging dan tidak menikah. Mereka mengharamkan perbudakan serta meyakini 'qadha' dan 'qadar' sebagai doktrin keagamannya.
d. "Yahudi Qara'I". Merupakan sekte yang terpengaruh Islam. Mereka tidak mempercayai Taurat dan Talmud yang sekarang.
e. Yahudi yang mengklaim dirinya sebagai "Bani Israil". Termasuk dalam kelompok ini Abwa'I, Qana'I, Yudjani, Maranusi, Falasya, dan Yahudi Hunud. Bani Israil menurut sumber Islam merupakan anak-ketururan Nabi Ya'qub (anak Ishaq bin Ibrahim). Israil merupakan julukan Nabi Ya'qub.
Selain dikenal sebagai bangsa, Yahudi dikenal sebagai suatu agama (bukan sekedar karakter), terlebih setelah hadirnya agama Nasrani dan Islam Kini banyak bermunculan aliran-aliran Yahudi kontemporer sebagai konsekuensi interaksinya dengan dunia luar (selama ribuan tahun diusir dari tanah nenek moyangnya, Kan'an). Aliran-aliran tsb. Selain memiliki karakteristik pemahaman dan doktrin serta ritual, juga mempunyuai pandangan-pandangan yang khas tentang politik terutama mengenai Negara Israel.

a. Yahudi Ortodoks
* Merupakan sekte dominan dengan pengikut sekitar 40% dari Yahudi yang
tinggal di Israel.
* Terkenal dan berpengaruh baik di Israel maupun di Amerika Serikat.
* Muncul sebagai respon orang-orang Yahudi terhadap kenyataan hidup di tengah-tengah mayotitas masyarakat non-yahudi.
* Merupakan penjelmaan dari gerakan Yahudi Talmud.
* Menganggap Yahudi sebagai agama aplikatif dan sistem hidup dengan Talmud sebagai kitab sucinya.
* Paling gencar menyerukan penerapan UU Yahudi (Halakha) dalam kehidupan Israel.
* Mengimani Al-Masih dan mempercayai bangsa Yahudi sebagai bangsa pilihan Tuhan. Dalam perkembangannya Yahudi Ortodoks menjadi dua aliran besar yakni Hasdem, yang bersifat sufistik, dan Motongadem, aliran yang lebih bersifat politik.

b. Hasdem
* Didirikan sekitar abad ke-12 di Lithuania dan kerap menganggap sebagai sayap Ortodoks Yahudi, kendati tak jarang terjadi perselisihan antar keduanya.
* Pemikiran keagamaannya berpijak pada toeri 'Huliliyah Yahudiyah' yang membedakan Yahudi dengan makhluk lainnya. Pemimpin spiritual mereka dikenal dengan sebutan Hakhoum. Sikapnya yang ekstrim menjadikannya berpecah dalam kelompok-kelompok yang sangat banyak, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Eidmor.
* Sumber pemikiran mereka adalah filsafat 'Qabala' yang merupakan adonan dari nilai-nilai agama, filsafat, mistik, sulap, sihir, dan ramalan.
* Punya keyakinan: Tuhan ada di setiap tempat, maka dari itu setiap manusia hendaknya meleburkan diri dalam Dzat-Nya dan terus meningkat melampaui batas-batas alam dan tabiat manusia sampai menyatu dengan Tuhan yang ada di setiap tempat itu.
* Menurutnya bumi Israel adalah tempat suci dan mempunyai kelabihan dibanding daerah lain. Darah mereka suci, danm Mereka juga membenci orangselain Yahudi.

c. Yahudi Liberal
* Akar sejarahnya berasal dari Mose Mandelson (lahir di Jerman, 1729), merupakan hasil asimilasi Yahudi dengan bangsa-bangsa lain.
* Yahudi merupakan "sistem ritual yang berlandaskan wahyu Tuhan dan undang-undang moral yang bersandar pada akal" (paham sekular Yahudi).
* Penganut paham ini menghujat kejumudan warisan Yahudi. Tidak mengakui Talmud, tidak mengakui keistimewaan ras Yahudi sebagai 'bangsa pilihan Tuhan'.
* Pada awalnya Yahudi Liberal anti gerakan Zionis, tetapi kemudian mereka memperoleh titik temu dan saling pengertian. Di Israel mereka sangat anti Yahudi Ortodoks. Kaum Ortodoks bahkan tidak mengakui keyahudian penganut aliran ini. Namun di Amerika jumlah mereka cukup banyak.

d. Yahudi Konservatif (Yahudi Historis)
* Awalnya merupakan upaya penyatuan kelompok Ortodoks dan Liberal
* Menganut pemikiran Zakaria Francle (1851) yang menekankan "otoritas ilmiah" (pembahasan ilmiah yang bersandar pada fakta historis dan situasi)
* Pemikirannya keagamaannnya bemuara pada 3 dasar utama: (1) persatuan dalam perbedaan, (2)kesejarahan Yahudi yang situasional, dan (3) kebangsaan Yahudi yang
unik.
* Kepentingan rakyat harus ada di atas kepentingah Taurat dan Tuhan.
* Kelompok ini membolehkan bersembahyang dengan menggunakan bahasa selain Ibrani dan dibolehkannya wanita menjadi Rabi Yahudi.

e. Yahudi Pembaruan
* Aliran ini muncul di AS awal abad ke-20, merupakan sempalan Yahudi Historis. Banyak dipengaruhi pemikiran Rabi Menahem Kabilan.
* Konsep pemikiran pembaruannya didasarkan pada ide mewujudkan keagamaan yang sesuai dengan kehidupan yahudi Amerika. Tujuannya agar dapat berinteraksi dengan kehidupan masyarakat Amerika.
* Aliran ini mengganggap bahwa Tuhan tidak mengungguli warisan Yahudi atas materi dan Ilmu. Oleh karena itu kehendak Tuhan akan terwujud melalui kemajuan ilmu pengetahuan.
* Agama merupakan kreasi manusia sebagaimana kesenian dan bahasa sebagai produk kemanusiaan manusia.
* Kelompok ini menolak keharusan mengevakuasi Yahudi ke Israel, dan menekankan Yahudi sebagai minoritas yang tersebar di dunia, dan menjadi penopang dana dan moral yang besar untuk kepentingan Israel.
* Kelompok ini memiliki buku khusus tentang cara peribadatannya yang dibuat pada tahun 1945. Dan secara umum kelompok ini berdekatan dengan Yahudi Liberal.

Zionisme keagamaan inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh sekelompok orang
(termasuk Herzl) untuk melegitimasi berdirinya negara Yahudi di atas tanah bangsa Arab. Padahal menurut Garaudy Herzl merupakan orang yang ingkar agama. Dengan mempolitisasi zionisme, maka orang Yahudi di seluruh penjuru dunia ikut tergerak dan berbondong-bondonglah mereka menuju 'tanah yang dijanjikan' (Palestina). Sebelumnya sejak 1880 kaum Yahudi (yang terdiaspora didunia) pertama telah berimigrasi ke "tanah yang dijanjikan" yang dikenal dengan 'gerakan Aliya'.
Para Rabbi Amerika, penentang Herzl menyatakan ketidaksetujuaannya mendirikan negara Yahudi. Mereka juga menolak ke Palestina. Ilmuwan Yahudi seperti Albert Einstein, Ahli filsafat Martin Buber, Prof. Judah L. Magnes juga menolak niatan Herzl mendirikan negara Israel. Ada dua alasan penolakan mereka, (1) Berdirinya negara Yahudi di Palestina akan mengakibatkan pertikaian dengan penduduk asli (Arab), dan (2) zionisme akan membangkitkan kecurigaan terhadap orang-orang Yahudi di seluruh dunia. Mereka akan dituduh punya kesetiaan ganda dan kewarganegaraan rangkap. Dengan berdirinya Israel, zionisme bukan lagi semata-mata gerakan keagamaan. Bahka mereka semakin sewenang-wenang terhadap non-Yahudi. Israel menerapkan kebijakan yang rasis-diskriminatif. Untuk ini PBB menyetujui resolusi 3379(xxx) yang antara lain berbunyi "Zionisme adalah bentuk rasisme dan diskriminatif rasial". Walaupun demikian berbagai gelombang imigrasi terus berdatangan dari Rumania, Rusia, Polandia,Bulgaria, Yugoslavia, Yaman, Aden, Jerman, serta Afrika. Terhadap hal ini Pemerintah Inggris kemudian mendukung upaya didirikannya negara bagi imigran Yahudi ini yang dikenal dengan "Deklarasi Balfour" (1917).
Selanjutnya gelombang imigran dari Eropa, Asia serta Afrika banyak berdatangan dan membuat pemukiman di tanah Arab seakan berlomba mendapati "tanah yang dijanjikan". Kecemasan dan ketenangan warga Arab(Muslim/Kristen) pun terusik. Mereka berupaya mengusir para imigran. Namun karena kuatnya konspirasi yang mereka hadapi, akhirnya mereka mendapatkan kekalahan telak dalam "perang enam hari" di tahun 1967. Dan Israel berhasil menguasai seluruh Yerusalem, serta mengusir orang-orang Arab (baik Muslim maupun Kristen) dari tanah air mereka sendiri.
Negara Israel berdiri atas prakarsa kaum Yahudi (untuk mewujudkan Israel Raya), walaupun format negaranya adalah republik demokrasi sekular, namun pengambil kebijakan banyak melibatkan lobi-lobi kelompok keagamaan yahudi. Tercatat, pada tahun 1988 penduduk Israel menganut berbagai macam agama, Yahudi (Yudaisme) 82,5%; Islam 13%; Kristen 2,5%;dan lainnya 1,5%. Departemen Agama Israel lebih banyak menuruti penganut Yahudi yang mayoritas. Mereka mengurusi upacara kematian (kosher), kerabian, dan sekolah agama (yeshivot). Bahkan dimensi nasional dan keagamaan sudah terjalin sedemikian eratnya dan sulit untuk dipisahkan. Sehingga identitas nasional Israel berpadu dengan identitas agama Yahudi.Bangsa palestina setelah tahun 1967 pun berada dibawah pengawasan Israel dan hanya tinggal di daerah tertentu di Yerusalem Timur, yang salah satu diantaranya berluas 235 hektar. "Kamp penampungan" tersebut bagaikan kampung kumuh, tidak higienis. Inikah "pembalasan" Yahudi atas yang dialaminya dari Nazi Jerman
(peristiwa Holocoust,1930-an).

Politik Dalam Negeri Israel
Menurut teori hubungan internasional, politik luar negeri suatu negara merupakan "perpanjangan tangan" politik dalam negerinya oleh karena itu selayaknya kita mengetahui politik dalam negeri Israel terlebih dahulu. Jauh sebelum Israel berdiri komunitas Yahudi mendirikan 'Histadrut' tahun 1920. Histadrut yang terdiri dari para buruh Yahudi ini memiliki peranan yang cukup penting dalam kiprah ekonomi dan politik Israel (interest group).
Histadrut ini jugalah yang mengorganisir imigran, menyiapkan pasukan (militer) , membangkitkan kebudayaan dan bahasa Yahudi. Awalnya aspirasi mereka disalurkan dalam Partai Buruh, namun akhirnya terpecah dan ada yang mendukung partai Likud. Israel adalah penganut demokrasi parlementer yang meliputi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga kekuasaan ini dipisah dan bekerja 'saling mengawasi'(checks dan balances). Presiden dipilih oleh knesset (legislatif) sebagai simbol pemersatu. Pemerintahan dipegang oleh perdana menteri, dan bertanggung jawab kepada knesset. PM haruslah anggota knesset.
Israel menganut sistem multi partai. Tiap pemilu ada puluhan parpol yang bersaing, namun yang dapat menduduki knesset adalah yang menperoleh suara minimal 1% darijumlah pemilih. Partai-partai ini dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok. Pertama, Partai Buruh yang dihimpun dari para buruh Yahudi di Palestina dan imigran awal. Kedua, Partai Likud merupakan saluran politik Yahudi asal Eropa ('Heredim') yang datang tahun 30-an yang umumnya datang akibat kekejaman Nazi.
Umumnya orang-orang partai buruh lebih 'menghormati' bangsa Arab,sebaliknya
orang Likud mengusir orang Arab dari negerinya. Kelompok ketiga adalah partai-partai agama. Kelompok keempak adalah partai-partai Arab. Dari sekian kelompok partai yang menjadi besar dan berpengaruh adalah Partai Buruh (tokohnya a.l. Simon Peres, Yitzhak Rabin), dan Partai Likud (tokohnya a.l. Yitzhak Samir, Ariel Sharon, Benyamin Netanyahu). yang lain hanyalah partai kecil yang kadang-kadang bisa menentukan kemenagan salah satu blok. Bagi masyarakat Israel gerakan 'intifadhah' dianggap sebagai
ancaman. Untuk menghadapi masalah ini kedua partai sepakat mengakhirinya. Tetapi cara mereka agak berbeda. Likud ingin menyelesaikan dengan kekerasan, serta pengusiran hingga tidak ada lagi orang Palestina di Israel, sedangkan Partai Buruh ingin menyelesaikan dengan 'damai'. Sikap Likud kerap dikecam beberapa orang Israel sendiri sedangkan Buruh dianggap tidak realistik.
Tapi keduanya menganggap wakil Palestina adalah PLO (kelompok nasionalis-sekular-pragmatis) dengan menafikan kelompok revivalis "HAMAS" serta "Jihad Islam".

Politik Luar Negeri Israel
Politik luar negeri Israel dijalankan berdasarkan kepentingan dalam negerinya. Maka sedapat mungkin memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan dalam negeri. Hal ini mengingat sejarah berdirinya negara Israel merasa keamanan dalam negerinya juga merupakan salah satu fungsi diplomatik internasionalnya. Andersen (1982) membagi kebijakan luar negeri Israel dalam tiga fase.
- Fase pertama di mana Israel masih disibukkan dengan pendirian negara. Israel membutuhkan pengakuan internasional. Hubungan luar negeri dijalankan disesuaikan dengan kebutuhan ini.
- Fase kedua, politik Israel lebih menitik beratkan pada kepentingan domestik. Pembangunan dalam negeri tergantung pada keamanan daerah pendudukan/perbatasan. Politik "carrot and stick" dijalankan dalam berhubungan dengan negara lain. Politik "carrot" dijalankan terhadap negara yang mau bernegosiasi dan kerjasama dengan Israel, sedangkan politik "stick" untuk menunjukkan bahwa Israel superior dibidang militer.
- Fase ketiga, Israel menerapkan politik LN yang lebih pragmatis. Misalnya setelah dipimpin Yitzhak Rabin (P.Buruh) Israel mau berunding dengan PLO yang semula dianggap teroris, dan mau 'berbagi' lahan yang direbutnya tahun 1967, walaupun terbatas. Namun itu semua tidak menunjukkan perubahan yang berarti bagi mayoritas bangsa Palestina (yang umumnya hidup dalam pengasingan, di Yordania, dsb.). Pelanggaran demi pelanggaran terus dijalani Israel, tidak satupun penguasa Israel (dari kubu Likud maupun Buruh) yang memiliki komitmen mengembalikan wilayah yang dirampasnya dari bangsa Palestina. Adapun langkah 'pragmatis' seperti janji memberikan wilayah terbatas lebih dimaksudkan untuk mendapatkan simpati dunia. Agar negara Israel tetap berdiri dan memperkuat eksistensinya. Politik Luar negerinya pun tidak lepas dari peran lobi-lobi (bisnis/politik) Yahudi di berbagai negara, termasuk AS.

Latar Belakang Sejarah Sebab Terjadinya Konflik Israel Di Timur Tengah
2000 SM – 1500 SM
Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an). Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.
1550 SM – 1200 SM
Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM
Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)
Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi – menurut salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.
1000 SM – 922 SM
Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun.
922 SM – 800 SM
Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.
800 SM – 600 SM
Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.
600 SM – 500 SM
Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.
500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322 SM
Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.
1 – 100 M
Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi.
100 – 300
Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600
Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dengan Persia.
621
Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
622
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626
Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
700 – 1000
Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.
1076
Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.
1453
Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.
1492
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).
1500 – 1700
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.
1529
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).
1798
Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.
1831
Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.
1835
Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
1897
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.
1916
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.
1938
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.
1944
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.
1947
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948, 14 Mei.
Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.
1948, 2 Desember
Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.
1956, 29 Oktober
Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.
1964
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
1967
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di udara.
1967, Nopember
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina.
1969
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
1977
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.
1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.
1980
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
1987
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.
1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.
1988, Desember
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.
1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”
1996
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
2002 - Sampai sekarang
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”

Mengapa Zionis-Israel Ingin Hancurkan Masjid Al-Aqsha?
Klaim Sepihak
Haikal Sulaiman diyakini dibangun tahun 960 SM oleh Nabi Sulaiman a.s, 370 tahun kemudian bangsa Babylonia menginvasi Yerusalem dan menghancurkan kuil tersebut. Setelah itu, tentara Persia yang dipimpin Cyrus merebut Yerusalem dari tangan Babylonia dan membangun kembali Haikal Sulaiman.
Tahun 70 M, pasukan Romawi menyerang Yerusalem dan menghancurkan kembali Haikal Sulaiman rata dengan tanah.
Abad demi abad terus berjalan, namun cita-cita kaum Zionis-Yahudi untuk membangun kembali Haikal Sulaiman terus terpelihara dengan baik di dalam memori bangsanya.
Ketika gerakan Zionisme Internasional menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Bassel, Swiss, tahun 1897, memori ini menemukan momentumnya dan Theodore Hertzl menyerukan agar semua Yahudi Diaspora berbondong-bondong memenuhi Tanah Palestina yang disebutnya sebagai Tanah Perjanjian. Atas klaim sepihak, kaum Zionis ini mengatakan bahwa di bawah tanah Masjidil Aqsha inilah Haikal Sulaiman berdiri. Sebab itu, mereka mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan Masjidil Aqsha dan kemudian membangun kembali Haikal Sulaiman di atasnya.
Bagi kaum Zionis, Haikal Sulaiman merupakan pusat dari dunia. Bukan Makkah, bukan pula Vatikan. Haikal Sulaiman-lah pusat seluruh kepercayaan dan pemerintahan segala bangsa. Keyakinan ini bukanlah berangkat tanpa landasan.
Dalam keyakinan Yudaisme yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa a. S., bangsa Yahudi meyakini bahwa di suatu hari nanti seorang Messiah (The Christ) akan mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia.
Kehadiran Mesiah inilah yang menjadi inti dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina. Namun hal ini menjadi perdebatan utama di kalangan Yahudi yang pro-Zionis dengan yang anti-Zionis.
Bagi yang pro-Zionisme, mereka menganggap Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan bertahta di atas singgasananya. Sedangkan bagi kaum Yahudi yang menolak Zionisme, bagi mereka, Messiah sendirilah yang akan datang dan memimpin pembangunan kembali Haikal Sulaiman yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).
Mengenai benar tidaknya lokasi bekas reruntuhan Kuil Sulaiman tepat berada di bawah Masjidil Aqsha, para sejarawan masih berbeda pendapat. Beberapa peneliti bahkan meyakini bahwa wilayah bekas berdirinya Kuil Sulaiman tersebut sesungguhnya berasa di luar kompleks Masjidil Aqsha sekarang ini.
Sejak menjajah Yerusalem di tahun 1967, kaum Zionis selalu berupaya merusak Masjidil Aqsha. Tahun 1969 sekelompok Yahudi fanatik berupaya membakar Masjid ini. Mereka juga terus melakukan penggalian di bawah tanah Masjidil Aqsha dengan alasan tengah melakukan riset arkeologis.
Belum cukup dengan itu, di dalam terowongan-terowongan yang digali, mereka juga mengalirkan air dalam jumlah besar dengan tujuan menggoyahkan kekuatan tanah di bawah masjid agar pondasi masjid menjadi rapuh. Akibatnya sekarang ini banyak pondasi masjid yang sudah rapuh dan jika ada gempa bumi sedikit saja maka bukan mustahil Masjidil Aqsha bisa runtuh.
Sekarang, tentara Zionis sudah secara terang-terangan hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Mereka tidak lagi mengeluarkan dalih macam-macam. Apakah ini merupakan tanda bahwa mereka sudah yakin bahwa sebentar lagi Messiah yang dinanti-nantikan akan segera hadir?
Menyongsong berdirinya Kuil Sulaiman, ‘Presiden’ Zionis-Israel Moshe Katsav melayangkan sepucuk surat kepada Perdana Menteri Vatikan yang berisi permintaan agar Tahta Suci Vatikan mengembalikan seluruh harta karun dan benda-benda berharga yang kini memenuhi kompleks Tahta Suci kepada mereka.
Kaum Zionis masih ingat betul, ketika di tahun 70M, pasukan Romawi menyerbu Yerusalem dan memboyong banyak harta karun dari Kuil Sulaiman dan membawanya ke Vatikan.
Jika harta karun sudah dikembalikan, maka ada satu syarat lagi menjelang hadirnya Messiah, yakni mereka harus menemukan dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga tahun dan belum pernah melahirkan anak.
Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun.
Masalahnya, daerah ini sekarang belum bisa dijajah Zionis-Israel seperti wilayah Palestina lainnya. Kaki Bukit Zaitun masih berada di tangan yang berhak, yakni di tangan bangsa Palestina. Sebab itu, kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina dari wilayah ini.

Memperdaya Pemeluk Kristen
Guna mencapai tujuannya, kaum Zionis tidak berusaha sendirian. Mereka juga memperdaya musuh-musuhnya yakni umat Kristen dan kaum Muslimin. Untuk memperdaya umat Kristiani, kaum Zionis menyusupkan nilai-nilai Talmud ke dalam Bibel seperti yang terjadi atas Injil Scofield atau Injil Darby.
Bahkan Injil versi King James sebagai Injil resmi Barat pun demikian. Sebab itu, tidak aneh jika sekarang ini sikap politik umat Kristiani seolah sama sebangun dengan kaum Yahudi. Padahal di dalam banyak ayat-ayat Talmud, kaum Yahudi ini begitu keras permusuhannya terhadap Kristen dan Yesus.
Keyakinan Injil juga menyebutkan tentang hadirnya The Christ kembali ke muka bumi (Maranatha atau The Second Coming) dalam wujud Tuhan seutuhnya. Kaum Yahudi menggiring opininya bahwa Maranatha tidak akan terjadi sebelum Haikal Sulaiman berdiri kembali di Yerusalem.
Kesamaan pandangan inilah yang membuat orang-orang Kristen mendiamkan ulah kaum Zionis yang hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Orang-orang Kristen ini telah terbius dengan retorika dan racun Zionis sehingga tidak bisa bersikap kritis dan mereka lupa bahwa salah satu agenda utama Zionis ini adalah juga meruntuhkan Tahta Suci Vatikan dan memindahkannya ke Yerusalem.
Dari sisi hukum internasional, upaya penghancuran Masjidil Aqsha juga tidak bisa dibenarkan. Berdasarkan Resolusi DK-PBB Nomor 242 dan beberapa resolusi lainnya, rezim Zionis Israel wajib melindungi masjid ini dan menuntut Zionis agar mundur dari seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Namun dalam tataran praktek, resolusi ini tidak dijalankan.
Menurut keyakinan Yahudi, jika Messiah sudah bertahta di atas singgasana Haikal Sulaiman, maka Messiah itu akan memimpin kaum Yahudi untuk memerangi siapa pun yang tidak mau tunduk pada The New World Order, yakni si Yahudi itu sendiri.