omah kucink

Minggu, 21 Maret 2010

Ronggowarsito dalam Serat Hidayat Jati

Ronggowarsito adalah pujangga terkenal dari kraton Surakarta, beliau dilahirkan pada tanggal 18 Maret 1802, catatan tersebut dapat dilihat salaha satunya dalam terbitan kamajaya 1980. beliau juga dikenal sebagai sang sufi, sang peramal, dan sang pujangga terkenal.
Dengan karyanya seperti suluk dan wirid adalah buah karyanya, suluk sebenarnya mempunyai pengertian menurut kamus umum Prof. Dr. J.S Badudu suluk mempunyai arti dalam dua bahasa yaitu suluk dalam bahasa arab berarti jalan, tarekat, tasawuf, dan dalam bahasa jawa, suluk berarti tembang yang dilakukan oleh dalang ketika akan memulai sesuatu adegan atau babak dalam pertunjukan wayang. Tetapi ada juga kamus lain seperti W.J.S Purwadarminta yang menyatakan suluk adalah ajaran mistik yang diungkapkan dalam bentuk tembang.

Salah satu karya terkenal dari Ronggowarsito adalah Serat Wirid Hidayat Jati, Fadli mengatakan beberapa karya Rongowarsito seperti Serat Hidayat Jati adalah karya sastra Islam berpenampilan Jawa.


“ … karya sastra suluk pada Serat Hidayat Jati dan beberapa serat lain karya Ronggowarsito sebagai karya sastra Islam yang berwajah Jawa. Sumbernya sendiri, seperti ditulis Ronggowarsito berasal dari Al Qu’ran, hadist, Ijmak, dan Qiyas.”

Dalam tulisannya Abdullah yang berjudul “ mencari nilai-nilai luhur dalam karya sastra Ronggowarsito “serat wirid Hidayat Jati”, juga mengatakan bahwa karya tersebut juga bersumber dari agama Islam.

“… Wirid Hidayat Jati mmengajarakan Ilmu Ma’rifat untuk kesempurnaan hidup, dan Wirid Hidayat Jati bertitik tolak dari agama Islam, dan dalam ajaran agama Islam mempunyai empat tingkatan yaitu Syariat, Tariqat, Haqiqat dan Ma’rifat”

Menurut Islam, seorang penyair muslim itu adalah seorang yang bertauhid dengan utuh. Ia hanya mempertuhan Allah dan tidak ikut menuhankan berhala-berhala. Seorang penyair muslim percaya pada Dia (Allah) sudah ada sebelum kata ada, ada, dan Dia akan tetap ada sesudah kata ada, tiada. Dengan kata lain orientasi akidah telah bersatu dengan gerak nafas sehingga menghasilkan keutuhan wajah dan kepribadian yang disebut penyair muslim.

“ tujuan muthakir ibadat adalah kembali kepada Tuhan atau manunggal dan menjadi “Waskita ing sampurnaning sangkan peran” tahu akan awal ahkir hidup”

Dalam serat Hidayat Jati dikatakan bahwa dasar ilmu Ma”rifat yang menerangkan bahwa Tuhan bersifat kadim (abadi). Antara Dzat, sifat, nama dan perbuatan dapat dibedakan berdasarkan pengertian tetapi keempatnya adalah satu kesatuan yang tak mungkin dipisahkan. dalam tulisannya Abdullah juga mengutip untuk menggunakan Ma’rifat untuk menuju jalanNya.

“ jalan menuju Tuhan ini diperinci dengan penerapan sarana ilmu Ma’rifat, sarana menegakan zat Ilahi,cara menempuh ajal sejati (kasidan Jati),melalui laku susila dan Semedi (Manekung)”

Simuh (1988) dalam menerjemahkan sedikit mengutip bait dalam serat hidayat Jati yang mengenai konsep manunggaling kawula_gusti yang menjadi sorotan seniman Mataram pada kala itu.

“ Aku Dzat Tuhan yang bersifat esa, meliputi hambaKu, manunggallah menjadi satu keadaan, sempurna lantaran kodratku”

Persentuhan budaya dengan perkemabangan Islam di jawa yang melahirkan gerak reformasi ini secara langsung ataupun tidak sudah dapat mengubah pemikiran Jawa terutama kepada hal-hal yang bersifat mitologis, magis dan mistis.
Dan hal ini lah yang mempnyai dampak terhadap Ronggowarsito yang berada di persimpangan jalan, tidak adalagi karya sastra Jawa seperti dalam suluk dan wirid Ronggowarsito yang mengupas tentang pengalaman kesatuan dengan Tuhan, manunggaling Gusti.

“ semua penghayatan, baik dalam alam batin maupun dalam alam gaib, yang ahkirnya berpuncak kepada penghayatan manunggal, sering tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata yang diambil dari peristilahan kehidupan pancaindrawi sehari-hari. Maka banyak para penghayatan manunggal atau para ahli mistik menggunakan bahasa kias. Karena para ahli ,istik itu juga dapat berusaha menuturkan penghayatan mereka secara rassional, maka mistiisme dapat digolongkan baik dalam agama sebagai puncak kehidupan religius, maupun dalam filsafat sebagai filsafat mistika”

Menurutyang ditulis Fadli mengatakan bhawa manusia dengan Tuhan itu mempunyai hubungan yang erat, yang seperti tidak dipisahkan.

“ … manusia berasal dari Tuhan namun Manusia bukan Tuhan. Manusia dan Tuhan adalah dua hal yang berbeda tapi tak terpisahkan. Hubungan manusia dan Tuhan itu diibaratkan kain dan Baju, ombak dan lautan, angin dan debu.”

Simuh juga menerjemahkan karya Ronggowarsito dalam suluk Saloka Jiwa, yang menyatakan bahwa manusia setelah mati akan kemabali ke awa mula dia dibentuk.
“ adapun manusia berasal dari cahaya gaib. Apabila meninggal atau jaman kiamat, manusia akan kembali padaDzat yang gaib. Yakni pulang ke tempat asalnya, manunggaling kawula gusti”

Dalam perbedaan nya Abdullah mengatakan untuk pernyataan kias seperti itu dan dibantu oleh ilmu Fisika, menyatakan akan adanya fenomena paradoks yang mempunyai dua sifat.

“ … adanya Paradoks, yang menyatakan bahwa suatu fenomena dapat mempunyai dua sifat, jelasnya cahaya dapat bersifat partikel (benda) maupun gelombang. “

Sepeninggalan dari Ronggowarsito ialah ia dijadikan sebgai pujangga penutup seperti sama halnya nabi Muhammad Saw yang dijadikan rasul penutup, dalam hal ini berarti sudah tidak ada lagi karya-karya diturunkan, sama seperti Nabi Muhammad Saw tidak ada lagi rasul yang muncul.
Kematian Ronggowarsito masih menjadi kontrofersi, ada yang percaya bahwa kematiaanya itu sudah diramal akan kematiaannya, tetapi bila dilihat dari keadaan yang ada kemungkinan Ronggowarsito dibunuh karaena adanya perubahaan kekuasaan, dan ada juga yang mengatakan bahwa Ronggowasito dibunuh oleh Pakubuwono IX yang dibantu Belanda karena Pakubuwono IX takut akan Ronggowarsito bisa menghasut rakyat untuk menggulingkan pemerintahannya, itu menurut Suripan Sadi Hutomo dalam surat kabar Sinar Harapan, 15 Desember 1979. namun hal itu disanggah oleh kalangan Mangkunegaran yang menyatkan bahwa. Ronggowarsito memang waskitha dan tau akan hari kematiaanya, dan kematiannya itu “ emating pati patitis”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar