PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angkor ialah nama yang digunakan untuk merujuk kepada suatu kawasan di Kamboja yang merupakan pusat pemerintahan empayar Khmer yang berkuasa di antara abad ke-9 dan abad ke-15 Masihi. Kerajaan Angkor menerima pengaruh Hindu-Buddha. Seni arsitektur orang Khemer sangat terkenal dan memiliki kebudayaan tinggi. Raja Angkor dianggap sebagai Devaraja yang mempunyai kuasa mutlak. Kerajaan Angkor mencapai zaman kegemilangan semasa pemerintahan SuryavarmanII.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Angkor itu berdiri?
2. Siapakah raja-raja yang memerintah dan Bagaimana pemerintahan mereka?
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan Khamer Angkor disini akan terbagi menjadi tiga tahap :Masa permulaan (800-1000),Masa kebesaran Angkor (1001-1243),Masa kemunduran (1243-1434). Dan berikut pembahasannya.
I. Masa permulaan (800-1000)
Pada masa permulaan ini Raja-raja yang memerintah adalah :Jayawarman II (802-850),Pangeran Chen-la yang telah lama belajar di jawa. Awalnya pemerintahannya berada di Indrapura, kemudian perpindah-pindah sampai akhirnya sekitar tahun 819 bertempat di Mahendraparwata (Phnom Kulen). dengan dibantu oleh seorang Brahmana bernama Ciwakaiwalya yang mengajarkan agama baru yaitu penghormatan pada Dewaraja. Dewaraja adalah bentuk agama Ciwa yang memusatkan kebaktiannya kepada penghormatan Lingga, lambang kekuasaan raja. Raja adalah mandataris dewa Ciwa pemegang Cakrawati artinya penguasa dunia, dan kemudian lahirlah konsep kultus dewa raja. Kemakmuran rajanya tergantung pada kebesaran lingga kerajaan. Lingga ini disimpan dalam kuil bukit, yang didirikan sebagai pusat kota kerajaan sekaligus dianggap sebagai pusat alam semesta.
Jayawarman III (850-877) Bermukim di Hariharalaya,dan dikenal sebagai pemburu gajah. Indrawarman I (877-889) Memulai pembangunan bangunan irigasi di sebelah utara ibukota Hariharalaya. Mendirikan kuil Bakong dan Preh Ko. Yasowarman I (889-900) Mendirikan Phnom Bakeng dengan kotanya Yasodharapura, sebagai permulaan kota Angkor. Membangun waduk Yashodara dengan ukuran panjang 4 mil dan lebar 1 mil. Jayawarman IV (928-942) Seorang perebut tahta yang menakhlukkan Yasodharapura (Angkor) . Rajendrawarman II (944-968) Harshawarman II dan mengembalikan lagi ibu kota ke Angkor yang tetap menjadi kota besar orang-orang Khmer sejak itu sampai terakhir ditinggalkan tahun 1432. Beliau bertanggung jawab atas serangan Champa tahun 945-946 dan sebuah prasasti Cham mengatakannya dengan membawa pergi patung emas Bhagawati dari candi Nagar. Meskipun beliau seorang siwaite, prasasti-prasastinya memperlihatkan praktek-praktek agama yang bermacam-macam sekali dan toleran. Khususnya Buddhisme berkembang selama pemerintahannya. Pemujaan nenek moyang juga menjadi lebih dekat dengan candi-candi besar daripada sebelumnya.
Jayawarman V (969-1001) Menyempurnakan dan mengabdikan sebuah candi Khmer yang paling indah, Banteay Srei (benteng wanita), yang pertama direstorasi oleh arkeolog Perancis menurut method yang terkenal sebagai anastylosis, yang pertama dijalankan oleh Belanda di Jawa. Wilayahnya kekuasaannya meliputi seluruh delta dan lembah Mekong sampai di perbatasan Laos dan delta Menam berbatasan dengan kerajaan Mon di Dwarawati. Udayadityawarman II (1001-1002) Diberi gelar dengan “seorang Raja Setan yang Terbang Melintasi Tahta”.
II. Masa Kebesaran Angkor (1001-1243)
Lawan yang dihadapi adalah kerajaan Champa. Dalam masa kebesaran wilayahnya meliputi kerajaan Mon Dwarawati di Delta Menam, seluruh delta Mekong, lembah Mekong dan sampai di perbatasan kerajaan Cina, Semenanjung Melayu ke selatan sampai di Grehi. Di babad Chiengmai digambarkan tentang exspansi Khemer di lembah Menam. Dan juga prasasti di Lopburi menyebutkan bahwa kerajaan Khemer meliputi kerajaan Mon di Dwarawati dan kerajaan Melayu di Tambralingga yang kemudian diberi bernama Ligor.
Pada masa kebesaran Angkor yang memerintah adalah sebagai berikut : Suryawarman I (1002-1050) Pada pertengahan abad XI merupakan sejarah penting bagi raja-raja Khemer. Suryawarman I (1002-1050) merupakan pengganti dari “raja setan yang terbang melintas tahta”. Udayadityawarman I (1001-1002) pengganti Jayawarman V. Dalam hal ini tidak ada bukti dari pemerintahan Udayadityawarman I maupun naik tahtanya Suryawarman I, ia merupakan putera seorang raja dari Tambralingga dan merupakan garis keturunan dari Indrawarman I. Saingan utamanya setelah tahun 1002 adalah seorang Jayawarman, yang menguasai bagian Kamboja sampai tahun 1007, atau mungkin tahun 1011. Ceritanya adalah bahwa beliau mendarat di bagian timur Kamboja tahun 1001 dan akhirnya dinobatkan di Angkor sekitar tahun 1010. Sebuah prasasti di Lopburi menyebutkan bahwa kerajaan Khemer meliputi kerajaan Mon di Dwarawati dan kerajaan Melayu di Tambralingga yang kemudian bernama Ligor. Berbeda dengan serangan-serangan yang dilancarkan di perbatasan lain, batas bagian timurnya tetap aman sepanjang pemerintahannya. Beliau mendirikan bangunan keagamaan Phimeanakas (Istana Candi) dan Ta keo (bangunan pertama dibangun dengan batu pasir), yang telah dibangun mulai zaman Jayawarman V. Udayadityawarman II (1050-1066) pada masa ini Negara mengalami kesulitan di dalam negeri, diserang oleh Champa. Udayadityawarman sibuk dengan pemberontakan-pemberontakan di sepanjang pemerintahannya. Yang pertama pecah, jauh di selatan dan rupanya disebabkan oleh gangguan Cham dari daerah Panduranga. Yang kedua pemberontakan terjadi di barat laut dan dipimpin oleh seorang jenderal kerajaan Kamvau, yang mengancam ibu kota, tapi dikalahkan oleh Sangrama. Dan yang ketiga di timur dan juga dihancurkan Sangrama. Membangun waduk dengan panjang 5 mil dan lebar 1 mil juga mendirikan Paphuon, yaitu kuil lingga berlapis emas.
Harshawarman III (1066-1080) Adik Udayadityawarman II ini. Mencoba memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh perang pada masa pemerintahan sebelumnya. Namun Harshawarman III harus turun tahta karena terjadi pemberontakan oleh seorang bangsawan Jayawarman. Merupakan putera raja tuan tanah atau Gubernur Propinsi dari Mahidharapura. Jayawarman IV mendirikan dynasti baru, selama pemerintahannya juga mendapat kesulitan karena bangkitnya anggota keluarga Harshawarman III yang melakukan pemberontakan-pemberontakan sampai pemerintahan Suryawarman II tahun 1113. Suryawarman II (1113-1150) Raja yang kuat, kembali menyerang Champa. Mendirikan Angkor Wat dan Banteay Chkmar. Angkor Wat adalah bangunan yang terindah di Kamboja. Dalam pemerintahan Udayadityawarman II banyak terjadi pembrontakan. Yaitu pembrontakan Cham dari Panduranga, yang dipimpin oleh seorang Cham. Selama pemerintahan Udayadityawarman, raja Anawrahta dari Pagan memperkecil jumlah rakyat Mon di Burma Selatan dan mengambil ibukota Thaton. Tradisi T’ai menyatakan bahwa beliau meluaskan daerahnya sampai ke Lopburi dan Dwarawati. Orang Khemer harus mengakui kedaulatan Burma. Pembrontakan selanjutnya terjadi di barat laut, yang dipimpin oleh Jendral Kamvau. Namun dapat di kalahkan oleh Sangrama. Pemerintahannya diakhiri dengan pemberontakan yang dilakukan oleh Dharanindravarman. Dharanindravarman (1150-1160) Terlebih dahulu menyingkirkan Jayawarman VII sebagai pewaris tahta. Yasowarman II (1160-1165) Raja yang lemah sehingga pemerintahannya tidak lama,yang diperkirakan salah seorang putera Dharanindravarman, tetapi bukan pewaris tahta yang sah. dalam pemerintahannya terjadi dua pemberontakan yang terkenal yaitu pemberontakan Rahu dan pemberontakan yang dilakukan oleh tribhuwanadityawarman. Pemerintahannya berakhir pada tahun 1165.
Jayawarman VII (1181-1219) Mencapai puncak kebesaran, berhasil menaklukkan Champa dan menjadikan jajahannya (1193-1220). Perang dengan Champa dilukiskan pada dinding-dinding kuil terbesar jaman itu yaitu Angkor Wat dan Angkor Thom. Angkor Thom adalah bangunan termegah dan terbesar, dengan pusat bangunannya berbentuk piramida Bayon. Di bawah pemerintahan Jayawarman VII wilayah Angkor membentang luas. Sebuah prasasti bertahun 1186 di Say Fong daerah Mekong menunjukan perluasan wilayah Angkor hingga ke wilayah utara. Sumber Cina juga menyebutkan Angkor memiliki kedaulatan nominal atas Semenanjung Melayu, serta menyebutkan bahwa kerajaan Pagan adalah daerah jajahan kamboja waktu itu. Dalam perkembangannya, Jayawarman berkeinginan mempunyai pengaruh penting atas Kamboja Nada. Selama pemerintahannya Ia membangun kota yang sangat kokoh yang mampu menahan serangan-serangan musuh yaitu Angkor Thom. Angkor Thom dikelilingi parit luas sekitar delapan mil persegi dan tembok merah menyeramkan. Di sebelah dalam dibangun tembok tanah berbatu yang banyak sekali. Lima jembatan batu menyeberangi parit, yang menuju kearah kota melalui pintu gerbang yang monumental, masing-masing dengan menara-menara yang disangga oleh kepala raksasa dengan empat wajah manusia. Jayawarman memeluk agama Budha seperti halnya ayahnya Dharanindrawarman II. Di bawah pemerintahannya agama Budha Mahayanan menjadi agama penting di Kamboja. Jayawarman mensenyawakan Saiwisme dengan Waisnawisme melanjutkan dari Suryawarman. Saiwisme tidak lenyap dalam pemerintahan Jayawarman VII. Tidak ada bukti yang pasti mengenai tahun kematian Jayawarman VII. Ada dugaan pada tahun 1201, Coedes menduga kematian raja Jayawarman pada tahun 1218.
III. Masa Kemunduran (1243-1434)
Sejarah Khmer selama sisa waktu abad XIII tidak ada bukti banyak, sulit ditemukan. Tidak ada prasasti penting hanya mengacu pada prasasti Cham, T’ai dan prasasti Kamboja. Begitu juga dengan sumber catatan Cina. Tidak ada raja besar setelah Jayawarman VII, banyak karya Jayawarman lenyap setelah kematiannya. Setelah kematiannya Champa dikosongkan oleh orang Hindu guna menyapu bersih pemujaan Buddharaja.
Raja-raja yang memerintah pada masa kemunduran ini, di antaranya : Jayawarman VIII (1243-1295) Setelah Jayawarman VII, pemerintahan dilanjutkan oleh raja Jayawarman VIII (1243-1295). Mempunyai masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah. Jayawarman VIII menegakan kembali kaum Brahmana. Ia tidak mampu mengendalikan orang-orang T’ai. Orang T’ai behasil menaklukan sebagian besar kerajaan Thailand. Di bagian utara bangsa T’ai lainnya menguasai kerajaan Mon. Banyak wilayah-wilayah kerajaan Angkor yang direbut oleh kerajaan lain. Dalam masa raja Jayawarman VIII juga terjadi perubahan kebudayaan Angkor lama yang merupakan landasan kebesaran Angkor. Secara singkat kemunduran Angkor pada masa ini disebabkan karena :Perkembangan dari kerajaan Thai di wilayah Menam hulu, Penyebaran agama Budha sekte baru (Mahavira Singhala) atau Budha Theravada, yang mengajarkan prinsip hidup sempurna adalah hidup yang sederhana.
Indrawarman III (1296-1297) Ketika Chao Ta-kuan tiba di Angkor, raja yang memerintah yaitu Indrawarman III. Ia mengawini puteri dari Jayawarman VIII yang merampas kekuasaan Negara dengan menggulingkan mertuanya. Ia mencoba memasukan kekuatan baru pada kerajaan yaitu bahwa pendahulu-pendahulunya tidak pernah muncul dihadapan keramaian rakyat. Pada masa pemerintahannya mampu menahan serangan dari orang T’ai dan dari ancaman lain. Indrawarman III merubah politik Jayawarman VIII. Pada masa ini rakyat mulai tidak mengakui kultus dewa raja, akibatnya prestise raja merosot. Indrajayawarman (1308-1327),Jayawarman Parameswara (1327-?) Tahun pemerintahan terakhir kedua raja di atas tidak diketahui, juga hubungannya dengan kerajaan-kerajaan lain.
Pada tahun 1431 Angkor direbut oleh Siam. Terjadi perang antara Khemer dan T’ai yang tak henti-hentinya. Peperangan sering terjadi di daerah perbatasan Chantabun, Jolburi dan Korat. Petarungan yang sangat sengit menyebabkan orang-orang Cham berpikir dan menunggu saat yang tepat untuk menyerbu Kamboja. Pada tahun 1414 pasukan Khemer mengadu kepada Cina bahwa Cham menyerang beberapa kali pengiriman utusan ke Istana Kaisar. Kaisar mengirim surat peringatan kepada raja Cham namun tidak menghiraukannya. Pada tahun 1421 pasukan Cham menyerang secara besar-besaran ke daerah delta Mekong. Sepanjang rute Jolburi di selatan dan rute Lembah Mun di utara, mereka berkali-kali mengancam ibukota T’ai. Karena itu ketika Raja Boromoraja II dari Ayu’ia memasuki Angkor, dan mengepungnya tahun 1430, itu terjadi setelah ibukota Ayut’ia terancam sama seperti orang-orang Khemer.
Ketika orang Siam merebut Angkor tahun 1431, mereka merampas semua yang bisa dibawanya dan melepaskan ribuan narapidanan. Pada waktu itu di nobatkan seorang bangsawan Siam sebagi raja boneka di Angkor. Namun pemerintahannya tidak lama karena keburu dibunuh oleh putera Kamboja. Kemudian menobatkan diri di Angkor. Sekali lagi orang-orang Khmer menguasai kembali daerah sepanjang perbatasan Chantabun, Jalburi dan Korat. Karena Angkor Thom dianggap sudah tidak aman lagi sebagai ibukota, maka pada tahun 1432 dipindahkan Kebebasan di Propinsi Srei Santhor sebelah timur Mekong yang kemudian pada tahun 1434 dipindahkan ke Phnom Penh. Ang Chan (1516-1560) Raja yang terakhir yang dapat mempertahankan diri dari serangan Ayuthia, ibukotanya pindah ke Lovek. Lovek sendiri diduduki oleh Ayuthia pada tahun 1594-1681. Pengosongan Angkor ahkirnya menghentikan masa jaya kebudayaan Khmer. Dan dengan tumbuhnya hutan tropis diwilayah ini dengan cepat pula peradaban ini tersapu dari sisa-sisa yang dulu pernah ada.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Angkor adalah nama sebuah tempat di kawasan Kamboja. Kerajaan Angkor merupakan sebuah kerajaan di Kamboja. Pada masa pemerintahaan Jayawarman VII (1181-1219) kerajaan Angkor mencapai masa keemasannya. Namun, setelah kematian jayawarman VII Angkor terpuruk kembali dan banyak kerajaan yang memberontak. Pada tahun 1431 Angkor jatuh ketangan orang Siam. Namun pemerintahaannya dapat direbut kembali oleh seorang putera Kamboja dan pada tahun 1432 ibukota Angkor dipindah ke Kebasan di Propinsi Srei Santhor yang kemudian pindah lagi ke Phnom Penh. Dan terakhir pada masa Ang Chan ibukota di pindah ke Lovek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar