omah kucink

Minggu, 21 Maret 2010

HOS TJOKROAMINOTO, dari SI hingga PSII



Keunggulan tokoh-tokoh nasional kita dalam Pergerkan Nasional pada umumnya ialah kemampuan mereka meggabungkan dua aktivitas yang pada hakekatnya sulit dilaksanakan oleh setiap orang, yaitu aktivitas intelektual sebagai pemikir kenegaraaan dan kemasyarakatan juga aktivitas lapangan sebagai tokoh dalam pergerakan bangsanya.
Tjokroaminoto memahami dan menghayati keresahan dan kezaliman yang menimpa bangsanya sebgai akibat dari tindakan yang tidak manusiawi dari pemerintahan kolonial serta para pendukung-pendukungnya, kemudian ia mencari cara-cara untuk membebaskan penderitan rakyat.
Yang menarik dalam perjalanan hidupnya adalah dimana ia pada waktu itu mempunyai tempat indekost rumahnya yang disitu ada calon-calon tokoh besar seperti Ir, Sukarno, Alimin, Muso, Abikusno, Dr. sampurno. Dan di dalam perbincangan mereka sehari-hari adalah untuk memperjuangkan rakyat. Walaupun diantara mereka mempunyai ideology yang berbeda-beda, ada yang Islam, Nasionalisme, dan Komunisme.
Seiring meletusnya gunung Krakatau, lahirlah H.O.S Tjokroaminoto pada tanggal 16 Agustus 1882 di desa Bakur, Ponorogo. dalam diri Tjokroaminoto mengalir darah santri dan priyayi.
Tjokroaminoto berperawakan tegap, termasuk perawakan lelaki tulen. Dengan penampilannya itu beliau dapat menarik perhatian orang yang melihatnya. Budi pekertinya juga amat luhur, ringan tangan, mau menolong dengan sesame, berani dan teguh mempertahankan pendiriannya, disiplin waktu, pantang mundur menghadapai lawan dan pergaulannya dengan teman-temannya juga sangat baik.
Tjokroaminoto adalah seorang pemimpin yang populis, dan teguh beribadah. Ia tetap menampilkan identitas nasionalnya didalam berpakaian, sementara teman-temanya banyak yang bertingkah kebarat-baratan. Pakainnya adalah pakaian Jawa asli, yaitu pakai sarung, jas tertutup, blangkon dan sandal. Dan pakaian ini dikenakan kapan saja dan di mana saja oleh beliau, tanpa merasa rendah diri atau kecil hati.
H.O.S Tjokroaminoto adalah anak kedua dari dua belas bersaudara. Saudara-saudaranya bila diurutkan dari yang tertua adalah R.M Oemar Djaman Tjokropawiro,R. Aju Tjokrodisorejo (adik Tjokroaminoto), R.M Poerwadi Tjokrosudidjo, R.M.O Sabib Tjokrosoepardjo, R.A Adiati, R Aju Martowinoto, R.M Abikoesno Tjokrosoejoso, R. Adjeng Istingatin, R.M Poerwati, R. Adjeng Istidjah Tjokrosoedarmo, dan R.A Istiroh Mohamad Sobari. Tetapi yang sudara yang mengikutu jejak Tjokroaminoto hanya lah Oemar Sabib dan R.M Abikoesno Thokrosejoso.
Buyutnya adalah kyai Bagoes Kasan Berasi, seorang ulama yang terkenal dari Ponorogo, Jawa Timur yang juga mempunyai pesantren di Tegalsari dan Kyai ini mempunyai istri Susuhunan II Surakarta.
Bakat kepemimpinan Tjokroamnioto adalah turunan dari kakenya yaitu Tjokronegoro yang menjabat bupati Ponorogo, sedangkan ayahnya menjadi wedana Kleco, Madiun. Dan bakat itu juga tentunya tidak lepas dari pengalaman-pengalaman Tjokroaminoto yang sejak dari kecil sudah dididik dengan ajaran-ajaran Agama maupun ilmu-ilmu umum serta mengasah watak kepemimpinannya baik di lingkungan rumah, sekolah atau masyarakat.
Sedari kecilnya Tjokroaminoto berada dalam suasana keislaman, namun ia juga sempat memperoleh pendidikan model Barat, sebagaiamana lazimnya anak priyayi. Karena ia dikenal sebagai anak yang nakal, maka ia sering berpindah sekolah , tanpa mengganggu kecerdasannya. Selanjutnya ia dapat menyelesaikan pendidikannya di OSVIA Magelang pada tahun 1902, yang membuat ia dapat menjadi pegawai juru tulis di kepatihan ngawi. Tiga tahun lamanya ia berkecimpung dalam pekerjaannya itu dan kemudian ia merasa tidak cocok dengan nya lalu ia memilih untuk berhenti kemudian merantau ke Surabaya.
Di Surabaya inilah Tjokroaminoto bekerja dalam suatu perusahaan, Firma Cooy & Co, sambil melanjutkan studinya, ia juga bergelut dengan dunia karang mengarang dan terlibat dalam dunia Jurnalistik.
Kemudian setelah beliau berhassil menamatkan sekolahnya, ia juga bekerja menjadi leerning mechinist, kemudian menjadi chamicer di suatu pabrik gula, dekat kota Surabaya sambil menyibukan diri mengorganisir pemuda-pemuda Indonesia dan sekaligus sebagai ketua cabang Sarekat Islam (SI) Jawa Timur.
Menjadi seorang anak priyayi, Tjokroaminoto dijodohkan pula dengan seorang priyayi oleh keluarganya. Beliau dijodohkan dengan Soeharsikin (putrid patih Wakil Bupati Ponorogo, Raden Mas Mangoensoemo. Raden Adjeng Soeharsikin kemudian menjadi Raden Aju Tjokroaminoto dikenal sebagai orang yang halus bidi pekertinya. Dan beliau juga masih keturunan dari Panembahan Senopati dan Ki ageng Mangir di Madiun.
Dalam perjalanan rumah tangganya Tjokroaminoto mengalami perselisihan dengan mertuanya itu. Sang mertua menginginkan Tjokroaminoto untuk menjadi birokrat tetapi beliau tidak mau hal ini dikarenakan perbedaaan latar belakang pendidikan dan kedudukan mereka dalam masyarakat.
Hingga suatu saat Tjokroaminoto nekat meninggalakan rumah kediaman mertuanya, dan hal ini tentu saja membuat mertuanya marah dan meminta pada Soeharsikin untuk bercerai, namun hal ini ditolak oleh Soeharsikin. Dan setelah ia melahirkan anak sulungnya, ia pun mencoba untuk menyusul suaminya tersebu, namun hal ini dapat digagalkan oleh pesuruh ayahnya. Dan ahkirnya Tjokroaminoto memutuskan untuk tinggal di Surabaya bersama Isti dan anak-anaknya yaitu Siti Oetari, Oetarjo alias anwar, Harsono alias Moestafa Kamil, Siti Islamijah, dan soejoet Ahmad.
Mereka hidup dalam keluarga yang sederhan tapi bahagia, di Surabaya inilah beliau menyibukan diri sebagai ketua cabang Syarekat Islam jawa timur (1911-1913) . Disinilah beliau memperlihatkan perjuangannya.
Hidup dalam kesederhanaan tidak lah membuat beliau putus asa, dalam keseharianya istrinya selalu memberi bantuan moral yang sangat besar kepada beliau. Didalam perjuanganya, istrinya selalu mengiringinya dengan doa, tahajud, puasa. Didalam membantu ekonomi keluarga R.A Soerhaskin membuka rumahnya untuk dijadikan indekos para pelajar di Surabaya.
Dalam mendidik anak-anaknya maupun pelajar yang indekos mereka tetap menerapkan disiplin tinggi, namun mereka tetap akrab, kedisiplinan itu ditunjukan dengan membuat peraturan seperti makan malam jam sembilan dan barang siapa yang datang terlambat tidak dapat makan, anak sekolah sudah harus ada dikamarnya jam 10 malam, anak sekolah harus bangun jam empat pagi untuk belajar, main-main dengan anak gadis dilarang. di tempat ini yang menggunakan jasa tersebut adala seperti Soekarno, Herman Kartowisastro, sampoerno, dan abikoesno. Mereka inilah cikal bakal tokoh besar yang akan membangunkan masyarakat dari mimpi panjang penjajahan.
Dalam perjuangan nya, Tjokroaminoto kehilangan sosok istri yang dikarenakan R.M Soeharsikin sakit dan kemudian meninggal pada tahun 1921. Hal ini menjadi pukulan berat bagi Tjokroaminoto dan keluarga. Istrinya yang selalu ada untuk dia dan yang selau mendukungnya kini telah tiada. Semuanya menjadi larut dalam kesediahan. Kedukaan itu berlangsung beberapa lama harinya. Namun betapapun kedukaan itu melanda dirinya, Tjokroaminoto tetap pada prinsipnya yang telah dipegang yaitu berjuang utnuk pembebasan bangsanya dari belenggu penjajahan. Untuk itu dia tidak pernah berhenti sampai pada ahkir hayatnya.
Setelah berjuang tidak mengenal lelah selama 21 tahun (1913-1934), tjokroaminoto akhirnya dipanggil oleh Tuhan Yang Maha esa, setelah sakit beberapa lama. Beliau meninggal dalam usia 53 tahun, pada hari Senin Kliwon, atau tangal 17 Desember 1934. perjuangan beliau kemudian diteruskan oleh teman-teman dan anak-anaknya.
Sebagai seorang yang berkultur santri dan priyayi, Tjokroaminoto mendapat pendidikan keislaman dan pendidikan model Barat. Suasana keislaman mewarnainya semenjak kecil dalam lingkungan keluarga. Sedangkan fasilitas pendidkian Belanda diperolehnya karena ia adalah keturunan wedana dan bupati. Namun sebagaiman biasa dialami anak cerdas, Tjokroaminoto kecil dikenal sebagai anak yang nakal, sehingga sering ia dipindahkan dari sekolah satu ke sekolah yang lain. Berkat kecemerlangan daya pikirannyalah ahkirnya dia dapat lulus dengan baik dan bahkan kemudian dapat diterima di OSVIA ( Opledingsh School Voor Inlandsche Ambtenaren), sebuah sekolah untuk calaon pegawai bumi putera di Magelang.
Dalam tahun 1902, Tjokroaminoto lulus dari sekolag OSVIA dengan ijazah sekolah ini ia dapat bekerja sebgai pegawai pamong praja yaitu sebagai juru tulis di kepatihan Ngawi. Semangat kerakyatannya, membuat ia tidak betah menjadi birokrat, hanya dalam tiga tahun ia menjadi juru tulis. Kemudian pekerjaannya itu ia tinggalkan dan kemudia ia pergi ke Surabaya.
Di Surabaya beliau bekerja di perusahaan Firma Cooy & Co. selai bekerja di tempat itu beliau juga ikut kursus permesinan pada malam harinya di Burgelijke Avendschool Afdeeking Wetuigkundige. Dan setelah tamat kursus beliau pindah kerja menjadi juru mesin. Dan kemudian menjadi ahli kimia di pabrik gula Rgojampi Surabaya. Diantara banyaknya pekerjaan tersebut beliau mempunyai kegemaran yaitu pekerjaan karang mengarang atau jurnalistik. Beliau sering memasukan hasil-hasil karyanya kepada surat kabar Indonesia, bahakan juga beliau membantu urusan surat kabar di Surabaya pada tahun 1907-1910. lewat surat kabar itu beliau sering mengemukakan pendapanya tentang bangsa pada waktu itu yang sengsara karena pemodal asing. Dan dilihat dari sinilah beliau dikenal sebagai calon pemimpin yang menyuarakan suara rakyat.
Setelah cabag Sarekat Islam di Surabaya di bentuk, ia sekali lagi berhenti dari pekerjaannya, berhenti bekerja di pabrik gula tersebut. Dan kemudian dia menjadi pimpinan pergerkan yang dikatakan sukses. Hidupnya diabdikan kepada Sarekat Islam, hidupnya hanya untuk Sarekat Islam. Penghasilanya hanya dari ia sebagai pimpinan ketua Sarekat Islam, dan usaha Koperasinya.
Keunggulan tokoh – tokoh nasional kita dalam pergerakan nasional pada umumnya ialah kemampuan mereka menggabungkan dua aktivitas yang pada hakekatnay sulit dilaksanakan oleh setiap orang yaitu aktivitas intelektuil sebagai pemikir kenegaraaan dan kemasyarakatan dan aktivitas lapangan sebagai tokoh dalam pergerakan bangsanya. Termasuk dalam katagori ini adalah Tjokroaminoto sebagai pelopor utamanya.
Tjokroaminoto memahamai dan menghayati keresahaan dan kezahliman yang menimpa bangsanya sebagai akibat dari tindakan yang tidak manusiawi dari pemerintah kolonial serta para pendukungnya saat itu, kemudian ia mencari dan menemukan resep-resep nya yang kemudian diramu sedemikian rupa untuk dijadikan obat penawar keresahan sebagai jalan keluar atas tuntutan dan kebutuhan mereka. Kemudian resep-resep yang diramu itu menjadi idea-idea original dan keluar dalam bentuk konsep-konsep yang sistematis.
Awal abad ke duapuluh merupakan abad kebangunan bagi dunia Timur. Jepang memperoleh kemenangan atas Rusia pada tahun 1905, di celah-celah reruntuhan Turki Utsmani tampilah gerakan Turki muda, khusus mengenai kebangunan Islam di Indonesia pada awal abad keduapuluh amat dipengaruhi gerkan reformasi keagamaan di Timur Tengah dan India.

Organisasi Islam yang tampil bergerak dalam lapangan sosial ekonomi dan sosial politik adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang lahir pada tahun 1905 di Solo. Dibawah pimpinan H. Samanhudi, yang kemudian berubah menjadi sarekat Islam (SI) pada tahun 1911 dibawah pimpinan H. Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto dan para cendekiawan muslim lainnya. Mereka memperbesar luang lingkupnya ke lapangan politik dan pembaruan pemikiran tentang Islam.
Disamping gerakan-gerakan Islam Yang berdimensi Pembaharuan ini. Juga masih ada organisasi-oraganisasi Islam yang masih dekat dan intim dengan tradisi-tradisi kuno yang dianggapnya tidak bertentangan dengan Islam atau karena tradisi-tradisi kuno tersebut telah disesuaikan dan dirobah isinya denagan aktivitas-aktivitas yang bernafaskan Islam, misalnya Nahdatul Ulama, yang berdiri pada tahun 1926 oleh KH Abdul Wahab Hasbullah bersama ulama-ulama yang sealiran.
Pada hakekatnya antara organisasi-organisasi Islam ini tidaklah mempunyai perbedaaan yang asasi, kecuali Faham Ahmadiyah yang masih dianggapnya mempunyai perbedaaan yang mendasar dengan organisasi-organisasi Islam lainnya. Perbedaaan yang terjadi di antaara organisasi-organisasi Islam tersebut hanyalah menyagkut perbedaaan yang memang diperbolehkan, karena masih dalam lingkup Ijtihad. Lebih dari itu organisasi-organisasi Islam itu sama-sama bergerak melawan Kolonialisme sebagaimanqa para pahlawan dan syuhada sebelumnya menurut crania masing-masing.
Perjuangan H.O.S Tjokroaminoto dalam bidang politik tidak dapat lepas dari Sarekat Islam (SI). Tidakalah berlebihan kalau dikatakan bahwa SI identtik dengan Tjokroaminoto. Gerak langkah politik beliau sudah dapat dilihat ketika pertma kali beliau bergabung dalam Sarekat Islam. Sebagai anggota baru SI, sekaligus menjadi peimpinan perkumpulan panti Harsoyo Surabaya, Tjokroaminoto mengambil langkah penting dalam mngantisipasi perkembangan SI di masa depan. Tindakan beliau untuk mendapatkan ststus pengakuan badan hukum untuk SI tersebut merupakan langkah politis yang jitu dan berwawasan ke depan. Dengan pengakuan tersebut, SI akan memperoleh berbagai keuntungan politis yaitu :

1. sebagai perkumpulan, Sarekat Islam akan mempunyai wewenang untuk melakukan tindakan hukum perdata.
2. pengakuan badan hukum dianggap sebagai persetujuan resmi pemerintah terhadap perkumpulan yang bersangkutan.
3. sulit bagi suatu perkumpulan yang tidak diakui untuk mengadakan rapat

Banyak pegawai rendah Indonesia yang bersimpati kepada Sarekat Islam yang tidak berani karena takut dipecat atasannya karena ikut SI. Dan dalam rapat setiap perkumpulan yang tidak diakui harus meminta izin kepada pemerintah Belanda untuk mengadakan rapat. Setelah diakui dengan begitu SI bebas mengadakan rapat karena sudah diakui.
Langkah yang ditempuh berikutnya adalah memperbesar peran Sarekat Islam adalah mengadakan Kongres pertama pada tanggal 26 Januari 1913 di Surabaya. Dapat dikatakan bahawa ini adalah Kongres Akbar SI bagi Tuan rumah Cabang SI Surabaya yaitu Tjokroaminoto, kongres ini juga dijadikan titik tolak perkembanagn SI. Kongres ini joga dijadikan sebagai “kampanye Politik massa”.
Korver melukiskan : “pada malam menjelang pertemuan ini, H . Samanhoedi sebagai pendiri perkumuplan ini dismbut oleh korps musik dan massa yang kira-kira berjumlah lima ribu orang. Demikian hebatnya orang berdesak-desakan sehingga Samanhoedi tidak lagi berjalan menuju mobil yang telah disediak untuknya, tetapi didukung beramai-ramai. Kongres itu dihadiri delapan sampai sepuluh ribu orang dan dipimpin oleh Tjokroaminoto”.
Kesuksesan menyelenggarakan kongres melambungkan nama Tjokroaminoto dalam jajaran elite Sarekat Islam. Apalagi setelah pemerintah menerima permohonan pengakuan status badan hukum bagi SI, walupun ststus ini sebenarnya tidak benar-benar melegakan bagi pengurus Si. Karena dalam menganggapi permohoonan tersebut pemerintah sangat berhati-hati. Tetapi dalam pemberian keputusan itu pemerintah dihadapkan kepada dua kekahwatiran apabila permohonan itu tidak dikabulkan ditakutkan adanya pemberontakan dan anrkisme tetapi apbila dikabulkan, ditakutkan akan menimbulkan kesadarang akan adanya untuk menentang penjajahan. Maka dengan pertimbangan politik Devide at impera, status badan hukum diberikan kepada SI setempat dan tidak kepada gerkan secara keseluruhan meskipun kerja sama antara perkumpulan setempat ini diperkenankan. Hal ini dilakukan untuk membatasi ruang gerak SI secara Nasional. Dan kemudian semua itu berjalan lancer sehingga membuat Tjokroaminoto disebukan oleh upaya untuk mempersatukan beberapa cabang yang mencoba memisahkan diri.
Kemudian diadakanya kongres kedua yang dilaksankan pada tanggal 23 Maret 1913 di Surakarta. Disini diputuskan mendirikan Centraal Comite yang dimana H Samanhoedi menjadi ketua dan Tjokroaminoto menjadi wakil ketua. Kongres ini juga dipimpin oleh Tjokroaminoto.
Dan ahkirnya dalam kongres tahun 1914 yang dilangsungkan di yogyakarta dari tanggal 18 sampai dengan 20 april, Tjokroaminoto terpilih sebagai ketua Centraal Comite Sareekat Islam dan Goenawan sebagai wakil ketua. Walau pun beliau sudah menjadi ketua SI tapi dalam mengambil keputusan beliau masih tetap hati-hati. Semua tindakannya sudah diantisipasi dan diperhitungkan. Maka dengan itu beliau tidak mau ambil resiko sebagai martil dan pengorbanan dirinnya juga pergerakannya.
Beliau tidak menyeebut secara eksplisit tujuan politik SI. Karena adanya larangan berdirinya partai politik oleh Pemerintah. Didalam kongres tahun 1913 di Surabaya, menerangkan bahwa SI “ bukan partai politik”, dan bukan partai “ yang mengkehendaki revolusi”, tetapi perkumpulan ekonomis-keagamaan. Gagasan tentang menentukan nasib sendiri ditentukan belakangan.
Evolusi adalah cara yang ditempuh oleh Tjokroaminoto dalam membangunkan tidur panjang bangsa yang dijajah. Pada kongres tahun 1916 di Bandung, Tjokroaminto mengemukakan bahawa “bangsa”nya memiliki sifat suka menghinakan diri dan berlebih-lebihan merndahkan diri. Pandangan seperti itu tidak pantas didengar oleh suatu bangsa yang sedang berevolusidan yang sedang meningkatkan harga dirinya.
Kongres CSI ini benar-benar menjadi perhitungan pemerintah kolonial, terbukti dengan surat G.A.J Hazeau, pejabat penasehat dari kantor Urusan Bumiputera, tertanggal 19 September 1916 yang ditujukan kepada gubernur Jendral Van Limbung Stirum berkenaan dengan kongres tersebut. Menurut Roem pokok-pokok kandungan laporan itu sebagai berikut :

1. bahwa SI adalah penjelmaan dari kesadaran rakyat.
2. bahwa pribumi tidak suka lagi dipandang manusia setengah atahu seperempat, tetapi menuntut dihormati sebagai warga negara yang bebas.
3. bahwa kebangkitan Islam itu tampak juga dari gejala yang lahir seperti pakaian , cara bercakap-cakap adat istiadat sehari-hari dan sebagainya.

Pernah dalam suatu kongres terjadi kericuhan antara Semaoen dan Darsono dengan abdul Moeis. Setelah perturan mendirikan parti polityik ddicabut, SI menegaskan tujuan politiknya dalam kongres CSI ke 2yang diadakan pada tahun 1917 yaitu mencapai pemerintahan sendiri dan duduk dalam Dewan Rakyat.
Merasa tuntutannya tyidak ditanggapi serius oleh pemerintah, Tjokroaminoto berusaha menggalang persatuan dengan organisasi-organisasi lain seperti Boedi Oetomo dan Insulinde dengan membentuk “ Radicale Concentratie” pada 16 November 1918 beubah nama menjadi “ Politieke Concentratie”. Geraan ini bertujuan untuk menyusun“ Parlemntarie-Combinantie”, untuk menuntut terbentuknya parlemen sejati yang disusun oleh dan dari rakyat dan mempunyai hak penuh untuk menentukan undan-undang.disamping itu perlu dibentuk pula suatu pemerintah yang bertanggung jawab kepada parlemen.
Sepak terjang Tjokroaminoto dan Moeis rupanya telah membuat pemeritah kolonial gerah. Maka ketika terjadi peristiwa Toli-Toli dan sarekat islam afdeling B, kedua tokoh pergerkan tersebut ditangkap dengan alasan terlibat. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi didaerah lain menjadikan SI sebgai kambing Hitam. Pada hal itu terjadi karena paceklik, hal ini menyebabkan banyak tokoh-tokoh Si dipenjara bahkan Tjokroaminoto juga dipenjara selam delapan bulan pada tahun 1920. beliau dipersalahkan Karena sebagai pemimpin membiarkan huru-hara terjadi. Akibat tuduhan itu dan peristiwa tersebut banyak anggota SI yang lari ke anggota lain. Dan ketika inilah dipandang sebagai kemunduran SI sebagai pergerakan Nasional.
Kongres nasional ke-4 SI pada 6-10 Oktober 1921 di Surabaya berlangsing tanpa Tjokroaminoto yang masih meringkuk di penjara. Perpecahan di tubuh SI tidak dapat dihindari lagi antara sayap komunis dan pengurus pusat SI Semaoen da beberapa tokoh sayap kiri Menolak disiplin Partai yang akan dilaksanakan oleh H.A Salim dan Moeis. Disiplim partai adalah larangan rangkap anggota dengan organisasi lain, ini akan banyak merugikan Semaoen yang mencoba mempengaruhi anggota-anggota SI untuk sekaligus sebagai anggota Partai komunis Indoneisa (PKI).
Dengan diputuskannya bahwa orang-orang PKI tidak berhak menjadi anggota sarekat Islam, Semaoen, Tan Malaka, dan pendukung-pendukung Komunis memisahkan diri dari Sarekat Islam. Mereka mengubah diri menjadi Sarekat Rakyat, dan beberapa daerah pun juga ada yang mendirikan SI-merah sebagai saingan SI Tjokro-Salim-Moeis. Sebenarnya hal ini sudah lama terjadi tetapi dengan kepiawaian Tjokroaminoto perselisihan ini dapat diatasi.
Ketika pada tahun 1922 yang dimana SI Surabaya mengalami perpecahan, perpecahan-perpecahan yang menimpa SI dan serangan serangan baika dari kaum komunis maupun nasionalis sekuler, melecut tokoh-tokoh SI utnuk mengadakan konsolidasi.
Gejolak politik dan kondisi yang terjadi memaksa SI mengubah ‘arah baru” dalam perjuangannya. Dalam kongres nasional ke-7 di Madiun pada 1720 Februari 1923 orientasi tersebut dirumuskan. SI terus berupaya memperkuat diri dengan membersihkan unsur-unsur komunis dalam tubuh SI.
Keputusan disiplin Partai diperlukan dalam kongres Nasional kali ini. SI juga mengubah diri menjadi Partai untuk membendung pengaruh komunis. Dan didalam kongres ini Tjokroaminoto menetapkan keputusan penting yaitu :

1. menetapkan disiplin partai terhadap PKI
2. menetapkan sikap non-Coorperation terhadap pemerintah belanda
3. mengganti SI menjadi Partai Sarekat Islam Hindia Timur (yang kelak menjadi PSII)

Pada ahkir tahun 1927 dilaksankan Kongres Nasional Partai sarekat Islam Di Pekalongan. Agaknya jalannya kongres ini telah dipengaruhi dengan keluarnya ancaman dan sikap keras dari pemerintah.
Memasuki tahun 1929, partai Sarekat Islam telah mengubah lagi namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Dilakukan karena sehubungan dengan keadaan situasi pergerakan yang sedang berkembang. Dalam merebut pengaruh bangsa Si mengalami persaingan yg ketat dikarenakan SI telah banyak mengeluarkan anggotanya yang terdiri dari Indonesische studiclub karena disiplin partai, SI juga bersebrangan dengan ketua studiclub itu yaitu dr. Soetomo yang menentang sikap politik SI dalam masalah “pemberontkan PKI tahun 1926 dan sikap SI terhadap Penjajah.
Dalam kongres 1930 di Yogyakarta,mengatur organisai baru dalam tubuh PSII. Kepengurusan terbagi dalam dua bagian yaitu Dewan Partai dan Majelis Tahkim dan Lajanah Tanfidiyah. Dewan paratai bertugas membuat peraturan-peraturan partai, sebagai ketuanya ditetapkan Tjokroaminoto dengan anggotanya H.A Salim dan Suryopranoto. Sedangkan yang menjalankan peraturan-peraturan dan penetapan-penetapan partai adalah Lajanah Tanfidiyah dengan ketuanya adalah Sangaji dan wakilnya dr. Sukiman.
Banyak persoalan-persoalan yang dibicarakan dalam kongres ini, seperti misalnya adalah tanah partikelir, tanah sewa (Erfpah), dan aksi tandhim. H.A Salim juga telah mengusulkan kepergiaanya ke Genewa. Pada tahun ini juga kegiatan-kegitan akan lebih ditingkatkan.
Tjokroaminoto dan salim berangkat keseluruh Jawauntuk melakukan kampanye di beberapa tempat. Pada 28 desember 1930, oleh 22 cabang PSII telah dilakuakn tuntutan untuk lebih meringankan pajak, penghapusan kerja paksa, penghapusan pemotongan upah dan gaji dan tidak memperpanjang lamanya sewa. Dalam kesempatan itu pula diumumkan keluarnya PSII dari PPPKI.
Serangan-serangan yang dilancarkan oleh kelompok-kelompok nasionalisme sekuler terhadap Islam membangkitkan SI membentuk “balai Persatuan Permusyawaratan Ummat Islam” dan pada 1931 mengaktifkan kembali komite Al-Islam Congres.
Dalam kongres Komite Al-Islam Congres membicarakan hal-hal yang menyakut persoalan-persoalan mengyhadapi serangan-serangan yang berasal dari non Islam. Juga dibicarakan persoalan-persoalan Islam Internasional seperti masalah Tripoli juga Palestina.
Pada tahun 1932 sampai dengan 1933, Tjokroaminoto masih aktif berperan penting dalam kongres-kongres PSII. Ia bicara mengenai rencana Muktamar’ Alam Islamy di Palestina, soal “aksi solidaritas Islam” terhadap kejadian di Maroko dan sebgainya.
Bahkan beliau sempat melakukan perjalanan ke beberapa daerah diluar Jawa. Tjokroaminoto juga mempunyai peranan penting dalam pemecatan terhadap dr. Sukiman dan Suryopranoto dari keanggotaan SI. Ini dikarenakan pada persoalan asas dasar PSII, Tjokro dan Salaim menghendaki tekanan itu haruslah kepada asas dasar Islam, sedangkan dr. Sukiman dan Suryoparanoto menghendaki tekanannya haruslah pada asas-dasar Nasional (kebangsaaan).
Perjuangan memang telah mendarah daging dalam jiwa Tjokroaminoto. Dalam keadaan sakit pun beliau masih ikut menghadiri bebrapa kongres PSII. Ia juga masih sempat memimpin kongres PSII yang diadakan di Banjarnegara dan kemudian menghadiri konfrensi PSII daerah Jawa Timur yang diadakan di Pare pada tanggal 30 agustus- 2 September 1934, dan ahkirnya Tjokroaminoto tidak lagi bisa menahan sakitnya hingga pada 17 Desember 1934 dibulam Ramadahan beliau meninggal dunia.
Beliau menulis , menggerakan massa, membentuk organisasi-organisasi pendidikan, usaha, pelayanan pada ummat, pers dan lain sebagainya. Semuanya itu diabdikan untuk kepentingan rakyat dan bangsanya.
Indonesia sekarang benar-benar butuh sosok seperti Tjokroaminoto ataupun tokoh-tokoh yang benar-benar tulus untuk membela rakyat, sekarang kita memamag merdeka, tapi itu hanya sebagai status negara, rakyat masih menderita bahkan kita ini seperti dijajah oleh bangsa kita sendiri. Indonesia masih merangkak dalam keadaan yang busuk seperti ini, mungkinkah kita benar-benar merdeka?...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar