omah kucink

Minggu, 21 Maret 2010

ZIONIS ISRAEL





Bangsa Yahudi dikenal pintar dalam memanipulasi sejarah, untuk mendukung kepentingan mereka, sehingga seolah-olah pendudukan Israel atas wilayah Palestina adalah sah. Padahal, banyak fakta sejarah yang dimanipulasi dan diputarbalikan. Karena it, catatan-catatan sejarah yang dikeluarkan oleh kaum Yahudi perlu dicermati dengan kritis. Termasuk catatan sejarah tentang berdirinya negara Israel.
Tanah yang disebut “Palestina” ini pada periode pendudukannya dikenal dengan sebutan Kanaan. Orang – orang Israel sendiri memberikan dua nama kepada penduduk setempat yang telah terlebih dahulu mendiami daerah tersebut, yaitu “orang-orang Kanaan” dan “orang-orang Amori”. kitabYosua dalam Perjanjian Lama menceritakan bagaimana orang-orang Israel menyebrangi sungai Yordan di bawah pimpinan Yosua dan merebut kota Jericho. Seluruh penduduk kota dan binatang ternak dibunuh oleh pasukan Yosua. Kota Jericho juga dibakar habis. Tidak ada dari penduduk kota itu yang selamat, kecuali perempuan pelacur dan keluarganya saja, sebab penyerbuaan atas Jericho memang dibantu oleh seorang pelacur penduduk Jericho bernama Rahab. Penaklukan Jericho merupakan awal Bani Israil.
Istilah Zionisme dinisbahkan kepada sebuah bukti bernama Zion yng terletak di sebelah Selatan Al Aqsha. Nabi Daud pernah menyerbunya di zaman pemerintahannya dan merebutnya dari kekuasaaan kaum Yabus. Nabi Daud membangun semacam benteng di sana yang diberi nama “Bandar Daud”. Oleh orang-orang Yahudi, tempat itu kemudian disucikan, karena mereka menganggap bahwa Tuhan bersemayam di Bukit Zion.
Kemudian Zionis-Israel telah secara terang-terangan memulai proyek penghancuran Masjidil Aqsha yang merupakan masjid tersuci ketiga bagi umat Islam sedunia. Jika sebelumnya kaum Zionis ini melakukan hal tersebut secara diam-diam, bahkan menyangkalnya dengan berbagai dalih, mereka telah menyatakan secara terbuka bahwa mereka memang berniat menghancurkan masjid yang pernah menjadi kiblat pertama bagi kaum Muslimin.
Upaya Zionis-Israel untuk menghancurkan Masjidil Aqsha sudah lama diketahui dunia. Keinginan mereka untuk membangun kembali Haikal Sulaiman (The Solomon Temple), di atas reruntuhan Masjidil Aqsha juga telah menjadi rahasia umum. Hanya saja, apa dasar ideologi dan maksud-maksud tersembunyi di balik penghancuran Masjidil Aqsha dan pendirian Haikal Sulaiman tersebut, hal ini masih menjadi pertanyaan besar.

YAHUDI, ZIONIS, dan ISRAEL
Negara Israel diproklamasikan tanggal 14 Mei 1948. Dengan proklamasi ini, cita-cita orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia tercapai. Mereka telah melaksanakan 'amanat' Theodore Herzl (1860-1904) dalam tulisannya "Judenstaat" (Negara Yahudi) sejak 1896. Berdirinya Negara Israel tidak terlepas dari usaha Zionisme. Herzl menyusun doktrin zionis sejak 1882 di Wina. Dia pula yang mengkongkretkan doktrin tersebut secara sistematis. Setahun setalah itu (1897), diadakanlah kongres Yahudi Sedunia di Basel yang antara lain memutuskan akan dibentuknya negara Yahudi yang mengambil tempat di Palestina. Sejak saat itu zionisme merupakan gerakan politik Yahudi. Sebelumnya zionisme merupakan gerakan keagamaan semata (Yudaisme). Yudaisme menginginkan datangnya Sang Juru Selamat kelah di akhir zaman. Pada masa itu 'semua keluarga di dunia ini' akan dipanggil ke Kerajaan Tuhan. Kerajaan ini akan di pusatkan di tempat terjadinya kisah-kisah yang telah dialami oleh Nabi Ibrahim (Abraham) dan Nabi Musa (Moses). Kehadiran gerakan keagamaan Yudaisme ini tidak banyak menimbulkan keresahan, bahkan penganutnya bisa hidup berdampingan dengan umat Islam maupun Kristen secara damai.
Yahudi sebagai bangsa merupakan sebutan bagi bangsa anak keturunan Nabi Ishaq (anak Nabi Ibrahim).Yahudi sendiri berasal dari nama salah seorang anak Ya'qub yakni Yahuda (atau Yehuda). Dalam sejarah, karakter bangsa Yahudi kerap dikenal dengan bangsa yang sombong, pembangkang, licik, pendusta, dsb.
Berikut adalah beberapa kelompok Yahudi yang pernah muncul dalam sejarah
Yahudi.
a. "Shaduqi". Merupakan salah satu kelompok tertua. Mereka meyakini Yahudi hanya sebagai agama dan dalam hubungan antar-manusia dikenal sangat terbuka, terutama dengan kaum muslimin. Doktrin agamanya didasari oleh pengakuan bahwa Uzair merupakan Anak Tuhan.
b. "Munawi" . Mereka berhasil mengumpulkan manuskrip Perjanjian Lama (Tanakh) dan menurut banyak ahli keagamaan merupakan basis pemikiran kaum Yahudi Ortodoks yang ada di Israel sekarang.
c. "Assini" (Hadsem Lama). Sekte ini menerapkan sistem sosialisme dalam kehidupan. Mereka melarang segala bentuk pemilikan dan perekonomian pribadi.Mereka tidak makan daging dan tidak menikah. Mereka mengharamkan perbudakan serta meyakini 'qadha' dan 'qadar' sebagai doktrin keagamannya.
d. "Yahudi Qara'I". Merupakan sekte yang terpengaruh Islam. Mereka tidak mempercayai Taurat dan Talmud yang sekarang.
e. Yahudi yang mengklaim dirinya sebagai "Bani Israil". Termasuk dalam kelompok ini Abwa'I, Qana'I, Yudjani, Maranusi, Falasya, dan Yahudi Hunud. Bani Israil menurut sumber Islam merupakan anak-ketururan Nabi Ya'qub (anak Ishaq bin Ibrahim). Israil merupakan julukan Nabi Ya'qub.
Selain dikenal sebagai bangsa, Yahudi dikenal sebagai suatu agama (bukan sekedar karakter), terlebih setelah hadirnya agama Nasrani dan Islam Kini banyak bermunculan aliran-aliran Yahudi kontemporer sebagai konsekuensi interaksinya dengan dunia luar (selama ribuan tahun diusir dari tanah nenek moyangnya, Kan'an). Aliran-aliran tsb. Selain memiliki karakteristik pemahaman dan doktrin serta ritual, juga mempunyuai pandangan-pandangan yang khas tentang politik terutama mengenai Negara Israel.

a. Yahudi Ortodoks
* Merupakan sekte dominan dengan pengikut sekitar 40% dari Yahudi yang
tinggal di Israel.
* Terkenal dan berpengaruh baik di Israel maupun di Amerika Serikat.
* Muncul sebagai respon orang-orang Yahudi terhadap kenyataan hidup di tengah-tengah mayotitas masyarakat non-yahudi.
* Merupakan penjelmaan dari gerakan Yahudi Talmud.
* Menganggap Yahudi sebagai agama aplikatif dan sistem hidup dengan Talmud sebagai kitab sucinya.
* Paling gencar menyerukan penerapan UU Yahudi (Halakha) dalam kehidupan Israel.
* Mengimani Al-Masih dan mempercayai bangsa Yahudi sebagai bangsa pilihan Tuhan. Dalam perkembangannya Yahudi Ortodoks menjadi dua aliran besar yakni Hasdem, yang bersifat sufistik, dan Motongadem, aliran yang lebih bersifat politik.

b. Hasdem
* Didirikan sekitar abad ke-12 di Lithuania dan kerap menganggap sebagai sayap Ortodoks Yahudi, kendati tak jarang terjadi perselisihan antar keduanya.
* Pemikiran keagamaannya berpijak pada toeri 'Huliliyah Yahudiyah' yang membedakan Yahudi dengan makhluk lainnya. Pemimpin spiritual mereka dikenal dengan sebutan Hakhoum. Sikapnya yang ekstrim menjadikannya berpecah dalam kelompok-kelompok yang sangat banyak, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Eidmor.
* Sumber pemikiran mereka adalah filsafat 'Qabala' yang merupakan adonan dari nilai-nilai agama, filsafat, mistik, sulap, sihir, dan ramalan.
* Punya keyakinan: Tuhan ada di setiap tempat, maka dari itu setiap manusia hendaknya meleburkan diri dalam Dzat-Nya dan terus meningkat melampaui batas-batas alam dan tabiat manusia sampai menyatu dengan Tuhan yang ada di setiap tempat itu.
* Menurutnya bumi Israel adalah tempat suci dan mempunyai kelabihan dibanding daerah lain. Darah mereka suci, danm Mereka juga membenci orangselain Yahudi.

c. Yahudi Liberal
* Akar sejarahnya berasal dari Mose Mandelson (lahir di Jerman, 1729), merupakan hasil asimilasi Yahudi dengan bangsa-bangsa lain.
* Yahudi merupakan "sistem ritual yang berlandaskan wahyu Tuhan dan undang-undang moral yang bersandar pada akal" (paham sekular Yahudi).
* Penganut paham ini menghujat kejumudan warisan Yahudi. Tidak mengakui Talmud, tidak mengakui keistimewaan ras Yahudi sebagai 'bangsa pilihan Tuhan'.
* Pada awalnya Yahudi Liberal anti gerakan Zionis, tetapi kemudian mereka memperoleh titik temu dan saling pengertian. Di Israel mereka sangat anti Yahudi Ortodoks. Kaum Ortodoks bahkan tidak mengakui keyahudian penganut aliran ini. Namun di Amerika jumlah mereka cukup banyak.

d. Yahudi Konservatif (Yahudi Historis)
* Awalnya merupakan upaya penyatuan kelompok Ortodoks dan Liberal
* Menganut pemikiran Zakaria Francle (1851) yang menekankan "otoritas ilmiah" (pembahasan ilmiah yang bersandar pada fakta historis dan situasi)
* Pemikirannya keagamaannnya bemuara pada 3 dasar utama: (1) persatuan dalam perbedaan, (2)kesejarahan Yahudi yang situasional, dan (3) kebangsaan Yahudi yang
unik.
* Kepentingan rakyat harus ada di atas kepentingah Taurat dan Tuhan.
* Kelompok ini membolehkan bersembahyang dengan menggunakan bahasa selain Ibrani dan dibolehkannya wanita menjadi Rabi Yahudi.

e. Yahudi Pembaruan
* Aliran ini muncul di AS awal abad ke-20, merupakan sempalan Yahudi Historis. Banyak dipengaruhi pemikiran Rabi Menahem Kabilan.
* Konsep pemikiran pembaruannya didasarkan pada ide mewujudkan keagamaan yang sesuai dengan kehidupan yahudi Amerika. Tujuannya agar dapat berinteraksi dengan kehidupan masyarakat Amerika.
* Aliran ini mengganggap bahwa Tuhan tidak mengungguli warisan Yahudi atas materi dan Ilmu. Oleh karena itu kehendak Tuhan akan terwujud melalui kemajuan ilmu pengetahuan.
* Agama merupakan kreasi manusia sebagaimana kesenian dan bahasa sebagai produk kemanusiaan manusia.
* Kelompok ini menolak keharusan mengevakuasi Yahudi ke Israel, dan menekankan Yahudi sebagai minoritas yang tersebar di dunia, dan menjadi penopang dana dan moral yang besar untuk kepentingan Israel.
* Kelompok ini memiliki buku khusus tentang cara peribadatannya yang dibuat pada tahun 1945. Dan secara umum kelompok ini berdekatan dengan Yahudi Liberal.

Zionisme keagamaan inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh sekelompok orang
(termasuk Herzl) untuk melegitimasi berdirinya negara Yahudi di atas tanah bangsa Arab. Padahal menurut Garaudy Herzl merupakan orang yang ingkar agama. Dengan mempolitisasi zionisme, maka orang Yahudi di seluruh penjuru dunia ikut tergerak dan berbondong-bondonglah mereka menuju 'tanah yang dijanjikan' (Palestina). Sebelumnya sejak 1880 kaum Yahudi (yang terdiaspora didunia) pertama telah berimigrasi ke "tanah yang dijanjikan" yang dikenal dengan 'gerakan Aliya'.
Para Rabbi Amerika, penentang Herzl menyatakan ketidaksetujuaannya mendirikan negara Yahudi. Mereka juga menolak ke Palestina. Ilmuwan Yahudi seperti Albert Einstein, Ahli filsafat Martin Buber, Prof. Judah L. Magnes juga menolak niatan Herzl mendirikan negara Israel. Ada dua alasan penolakan mereka, (1) Berdirinya negara Yahudi di Palestina akan mengakibatkan pertikaian dengan penduduk asli (Arab), dan (2) zionisme akan membangkitkan kecurigaan terhadap orang-orang Yahudi di seluruh dunia. Mereka akan dituduh punya kesetiaan ganda dan kewarganegaraan rangkap. Dengan berdirinya Israel, zionisme bukan lagi semata-mata gerakan keagamaan. Bahka mereka semakin sewenang-wenang terhadap non-Yahudi. Israel menerapkan kebijakan yang rasis-diskriminatif. Untuk ini PBB menyetujui resolusi 3379(xxx) yang antara lain berbunyi "Zionisme adalah bentuk rasisme dan diskriminatif rasial". Walaupun demikian berbagai gelombang imigrasi terus berdatangan dari Rumania, Rusia, Polandia,Bulgaria, Yugoslavia, Yaman, Aden, Jerman, serta Afrika. Terhadap hal ini Pemerintah Inggris kemudian mendukung upaya didirikannya negara bagi imigran Yahudi ini yang dikenal dengan "Deklarasi Balfour" (1917).
Selanjutnya gelombang imigran dari Eropa, Asia serta Afrika banyak berdatangan dan membuat pemukiman di tanah Arab seakan berlomba mendapati "tanah yang dijanjikan". Kecemasan dan ketenangan warga Arab(Muslim/Kristen) pun terusik. Mereka berupaya mengusir para imigran. Namun karena kuatnya konspirasi yang mereka hadapi, akhirnya mereka mendapatkan kekalahan telak dalam "perang enam hari" di tahun 1967. Dan Israel berhasil menguasai seluruh Yerusalem, serta mengusir orang-orang Arab (baik Muslim maupun Kristen) dari tanah air mereka sendiri.
Negara Israel berdiri atas prakarsa kaum Yahudi (untuk mewujudkan Israel Raya), walaupun format negaranya adalah republik demokrasi sekular, namun pengambil kebijakan banyak melibatkan lobi-lobi kelompok keagamaan yahudi. Tercatat, pada tahun 1988 penduduk Israel menganut berbagai macam agama, Yahudi (Yudaisme) 82,5%; Islam 13%; Kristen 2,5%;dan lainnya 1,5%. Departemen Agama Israel lebih banyak menuruti penganut Yahudi yang mayoritas. Mereka mengurusi upacara kematian (kosher), kerabian, dan sekolah agama (yeshivot). Bahkan dimensi nasional dan keagamaan sudah terjalin sedemikian eratnya dan sulit untuk dipisahkan. Sehingga identitas nasional Israel berpadu dengan identitas agama Yahudi.Bangsa palestina setelah tahun 1967 pun berada dibawah pengawasan Israel dan hanya tinggal di daerah tertentu di Yerusalem Timur, yang salah satu diantaranya berluas 235 hektar. "Kamp penampungan" tersebut bagaikan kampung kumuh, tidak higienis. Inikah "pembalasan" Yahudi atas yang dialaminya dari Nazi Jerman
(peristiwa Holocoust,1930-an).

Politik Dalam Negeri Israel
Menurut teori hubungan internasional, politik luar negeri suatu negara merupakan "perpanjangan tangan" politik dalam negerinya oleh karena itu selayaknya kita mengetahui politik dalam negeri Israel terlebih dahulu. Jauh sebelum Israel berdiri komunitas Yahudi mendirikan 'Histadrut' tahun 1920. Histadrut yang terdiri dari para buruh Yahudi ini memiliki peranan yang cukup penting dalam kiprah ekonomi dan politik Israel (interest group).
Histadrut ini jugalah yang mengorganisir imigran, menyiapkan pasukan (militer) , membangkitkan kebudayaan dan bahasa Yahudi. Awalnya aspirasi mereka disalurkan dalam Partai Buruh, namun akhirnya terpecah dan ada yang mendukung partai Likud. Israel adalah penganut demokrasi parlementer yang meliputi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga kekuasaan ini dipisah dan bekerja 'saling mengawasi'(checks dan balances). Presiden dipilih oleh knesset (legislatif) sebagai simbol pemersatu. Pemerintahan dipegang oleh perdana menteri, dan bertanggung jawab kepada knesset. PM haruslah anggota knesset.
Israel menganut sistem multi partai. Tiap pemilu ada puluhan parpol yang bersaing, namun yang dapat menduduki knesset adalah yang menperoleh suara minimal 1% darijumlah pemilih. Partai-partai ini dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok. Pertama, Partai Buruh yang dihimpun dari para buruh Yahudi di Palestina dan imigran awal. Kedua, Partai Likud merupakan saluran politik Yahudi asal Eropa ('Heredim') yang datang tahun 30-an yang umumnya datang akibat kekejaman Nazi.
Umumnya orang-orang partai buruh lebih 'menghormati' bangsa Arab,sebaliknya
orang Likud mengusir orang Arab dari negerinya. Kelompok ketiga adalah partai-partai agama. Kelompok keempak adalah partai-partai Arab. Dari sekian kelompok partai yang menjadi besar dan berpengaruh adalah Partai Buruh (tokohnya a.l. Simon Peres, Yitzhak Rabin), dan Partai Likud (tokohnya a.l. Yitzhak Samir, Ariel Sharon, Benyamin Netanyahu). yang lain hanyalah partai kecil yang kadang-kadang bisa menentukan kemenagan salah satu blok. Bagi masyarakat Israel gerakan 'intifadhah' dianggap sebagai
ancaman. Untuk menghadapi masalah ini kedua partai sepakat mengakhirinya. Tetapi cara mereka agak berbeda. Likud ingin menyelesaikan dengan kekerasan, serta pengusiran hingga tidak ada lagi orang Palestina di Israel, sedangkan Partai Buruh ingin menyelesaikan dengan 'damai'. Sikap Likud kerap dikecam beberapa orang Israel sendiri sedangkan Buruh dianggap tidak realistik.
Tapi keduanya menganggap wakil Palestina adalah PLO (kelompok nasionalis-sekular-pragmatis) dengan menafikan kelompok revivalis "HAMAS" serta "Jihad Islam".

Politik Luar Negeri Israel
Politik luar negeri Israel dijalankan berdasarkan kepentingan dalam negerinya. Maka sedapat mungkin memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan dalam negeri. Hal ini mengingat sejarah berdirinya negara Israel merasa keamanan dalam negerinya juga merupakan salah satu fungsi diplomatik internasionalnya. Andersen (1982) membagi kebijakan luar negeri Israel dalam tiga fase.
- Fase pertama di mana Israel masih disibukkan dengan pendirian negara. Israel membutuhkan pengakuan internasional. Hubungan luar negeri dijalankan disesuaikan dengan kebutuhan ini.
- Fase kedua, politik Israel lebih menitik beratkan pada kepentingan domestik. Pembangunan dalam negeri tergantung pada keamanan daerah pendudukan/perbatasan. Politik "carrot and stick" dijalankan dalam berhubungan dengan negara lain. Politik "carrot" dijalankan terhadap negara yang mau bernegosiasi dan kerjasama dengan Israel, sedangkan politik "stick" untuk menunjukkan bahwa Israel superior dibidang militer.
- Fase ketiga, Israel menerapkan politik LN yang lebih pragmatis. Misalnya setelah dipimpin Yitzhak Rabin (P.Buruh) Israel mau berunding dengan PLO yang semula dianggap teroris, dan mau 'berbagi' lahan yang direbutnya tahun 1967, walaupun terbatas. Namun itu semua tidak menunjukkan perubahan yang berarti bagi mayoritas bangsa Palestina (yang umumnya hidup dalam pengasingan, di Yordania, dsb.). Pelanggaran demi pelanggaran terus dijalani Israel, tidak satupun penguasa Israel (dari kubu Likud maupun Buruh) yang memiliki komitmen mengembalikan wilayah yang dirampasnya dari bangsa Palestina. Adapun langkah 'pragmatis' seperti janji memberikan wilayah terbatas lebih dimaksudkan untuk mendapatkan simpati dunia. Agar negara Israel tetap berdiri dan memperkuat eksistensinya. Politik Luar negerinya pun tidak lepas dari peran lobi-lobi (bisnis/politik) Yahudi di berbagai negara, termasuk AS.

Latar Belakang Sejarah Sebab Terjadinya Konflik Israel Di Timur Tengah
2000 SM – 1500 SM
Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an). Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.
1550 SM – 1200 SM
Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM
Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)
Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi – menurut salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.
1000 SM – 922 SM
Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun.
922 SM – 800 SM
Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.
800 SM – 600 SM
Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.
600 SM – 500 SM
Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.
500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322 SM
Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.
1 – 100 M
Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi.
100 – 300
Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600
Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dengan Persia.
621
Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
622
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626
Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
700 – 1000
Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.
1076
Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.
1453
Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.
1492
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).
1500 – 1700
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.
1529
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).
1798
Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.
1831
Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.
1835
Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
1897
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.
1916
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.
1938
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.
1944
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.
1947
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948, 14 Mei.
Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.
1948, 2 Desember
Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.
1956, 29 Oktober
Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.
1964
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
1967
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di udara.
1967, Nopember
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina.
1969
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
1977
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.
1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.
1980
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
1987
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.
1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.
1988, Desember
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.
1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”
1996
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
2002 - Sampai sekarang
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”

Mengapa Zionis-Israel Ingin Hancurkan Masjid Al-Aqsha?
Klaim Sepihak
Haikal Sulaiman diyakini dibangun tahun 960 SM oleh Nabi Sulaiman a.s, 370 tahun kemudian bangsa Babylonia menginvasi Yerusalem dan menghancurkan kuil tersebut. Setelah itu, tentara Persia yang dipimpin Cyrus merebut Yerusalem dari tangan Babylonia dan membangun kembali Haikal Sulaiman.
Tahun 70 M, pasukan Romawi menyerang Yerusalem dan menghancurkan kembali Haikal Sulaiman rata dengan tanah.
Abad demi abad terus berjalan, namun cita-cita kaum Zionis-Yahudi untuk membangun kembali Haikal Sulaiman terus terpelihara dengan baik di dalam memori bangsanya.
Ketika gerakan Zionisme Internasional menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Bassel, Swiss, tahun 1897, memori ini menemukan momentumnya dan Theodore Hertzl menyerukan agar semua Yahudi Diaspora berbondong-bondong memenuhi Tanah Palestina yang disebutnya sebagai Tanah Perjanjian. Atas klaim sepihak, kaum Zionis ini mengatakan bahwa di bawah tanah Masjidil Aqsha inilah Haikal Sulaiman berdiri. Sebab itu, mereka mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan Masjidil Aqsha dan kemudian membangun kembali Haikal Sulaiman di atasnya.
Bagi kaum Zionis, Haikal Sulaiman merupakan pusat dari dunia. Bukan Makkah, bukan pula Vatikan. Haikal Sulaiman-lah pusat seluruh kepercayaan dan pemerintahan segala bangsa. Keyakinan ini bukanlah berangkat tanpa landasan.
Dalam keyakinan Yudaisme yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa a. S., bangsa Yahudi meyakini bahwa di suatu hari nanti seorang Messiah (The Christ) akan mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia.
Kehadiran Mesiah inilah yang menjadi inti dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina. Namun hal ini menjadi perdebatan utama di kalangan Yahudi yang pro-Zionis dengan yang anti-Zionis.
Bagi yang pro-Zionisme, mereka menganggap Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan bertahta di atas singgasananya. Sedangkan bagi kaum Yahudi yang menolak Zionisme, bagi mereka, Messiah sendirilah yang akan datang dan memimpin pembangunan kembali Haikal Sulaiman yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).
Mengenai benar tidaknya lokasi bekas reruntuhan Kuil Sulaiman tepat berada di bawah Masjidil Aqsha, para sejarawan masih berbeda pendapat. Beberapa peneliti bahkan meyakini bahwa wilayah bekas berdirinya Kuil Sulaiman tersebut sesungguhnya berasa di luar kompleks Masjidil Aqsha sekarang ini.
Sejak menjajah Yerusalem di tahun 1967, kaum Zionis selalu berupaya merusak Masjidil Aqsha. Tahun 1969 sekelompok Yahudi fanatik berupaya membakar Masjid ini. Mereka juga terus melakukan penggalian di bawah tanah Masjidil Aqsha dengan alasan tengah melakukan riset arkeologis.
Belum cukup dengan itu, di dalam terowongan-terowongan yang digali, mereka juga mengalirkan air dalam jumlah besar dengan tujuan menggoyahkan kekuatan tanah di bawah masjid agar pondasi masjid menjadi rapuh. Akibatnya sekarang ini banyak pondasi masjid yang sudah rapuh dan jika ada gempa bumi sedikit saja maka bukan mustahil Masjidil Aqsha bisa runtuh.
Sekarang, tentara Zionis sudah secara terang-terangan hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Mereka tidak lagi mengeluarkan dalih macam-macam. Apakah ini merupakan tanda bahwa mereka sudah yakin bahwa sebentar lagi Messiah yang dinanti-nantikan akan segera hadir?
Menyongsong berdirinya Kuil Sulaiman, ‘Presiden’ Zionis-Israel Moshe Katsav melayangkan sepucuk surat kepada Perdana Menteri Vatikan yang berisi permintaan agar Tahta Suci Vatikan mengembalikan seluruh harta karun dan benda-benda berharga yang kini memenuhi kompleks Tahta Suci kepada mereka.
Kaum Zionis masih ingat betul, ketika di tahun 70M, pasukan Romawi menyerbu Yerusalem dan memboyong banyak harta karun dari Kuil Sulaiman dan membawanya ke Vatikan.
Jika harta karun sudah dikembalikan, maka ada satu syarat lagi menjelang hadirnya Messiah, yakni mereka harus menemukan dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga tahun dan belum pernah melahirkan anak.
Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun.
Masalahnya, daerah ini sekarang belum bisa dijajah Zionis-Israel seperti wilayah Palestina lainnya. Kaki Bukit Zaitun masih berada di tangan yang berhak, yakni di tangan bangsa Palestina. Sebab itu, kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina dari wilayah ini.

Memperdaya Pemeluk Kristen
Guna mencapai tujuannya, kaum Zionis tidak berusaha sendirian. Mereka juga memperdaya musuh-musuhnya yakni umat Kristen dan kaum Muslimin. Untuk memperdaya umat Kristiani, kaum Zionis menyusupkan nilai-nilai Talmud ke dalam Bibel seperti yang terjadi atas Injil Scofield atau Injil Darby.
Bahkan Injil versi King James sebagai Injil resmi Barat pun demikian. Sebab itu, tidak aneh jika sekarang ini sikap politik umat Kristiani seolah sama sebangun dengan kaum Yahudi. Padahal di dalam banyak ayat-ayat Talmud, kaum Yahudi ini begitu keras permusuhannya terhadap Kristen dan Yesus.
Keyakinan Injil juga menyebutkan tentang hadirnya The Christ kembali ke muka bumi (Maranatha atau The Second Coming) dalam wujud Tuhan seutuhnya. Kaum Yahudi menggiring opininya bahwa Maranatha tidak akan terjadi sebelum Haikal Sulaiman berdiri kembali di Yerusalem.
Kesamaan pandangan inilah yang membuat orang-orang Kristen mendiamkan ulah kaum Zionis yang hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Orang-orang Kristen ini telah terbius dengan retorika dan racun Zionis sehingga tidak bisa bersikap kritis dan mereka lupa bahwa salah satu agenda utama Zionis ini adalah juga meruntuhkan Tahta Suci Vatikan dan memindahkannya ke Yerusalem.
Dari sisi hukum internasional, upaya penghancuran Masjidil Aqsha juga tidak bisa dibenarkan. Berdasarkan Resolusi DK-PBB Nomor 242 dan beberapa resolusi lainnya, rezim Zionis Israel wajib melindungi masjid ini dan menuntut Zionis agar mundur dari seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Namun dalam tataran praktek, resolusi ini tidak dijalankan.
Menurut keyakinan Yahudi, jika Messiah sudah bertahta di atas singgasana Haikal Sulaiman, maka Messiah itu akan memimpin kaum Yahudi untuk memerangi siapa pun yang tidak mau tunduk pada The New World Order, yakni si Yahudi itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar