omah kucink

Minggu, 21 Maret 2010

MEMANDANG LEBIH DEKAT, PERGERAKAN NASIONAL



Dalam arti kata “pergerakan” mengandung pengertian yang khas, berlainan dengan pengertian “perjuangan” dan yang dimaksud di sini adalah perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dengan menggunakan organisasi yang teratur, dan dengan istilah “nasional” dimaksudkan untuk membatasi pokok pembicaraaan kita tentang pergerakan-pergerakan yang bercerita nasional yakni cita-cita mencapai kemerdekaan bangsa.

Didalam kamus umum karangan Prof. Dr. J.S Badudu. Arti kata “pergerakan” adalah dikiaskan dengan sebuah perkumpulan politik, sedangkan “perjuangan” artinya adalah hal, cara, atau hasil pekerjaan berjuang (berlaga, beradu, berkelahi untuk mengalahkan lawan atau mempertaruhkan segalanya untuk kemenangan bangsa atau Negara). Dalam bukunya Prof. Dr. Suhartono “Sejarah Pergerakan Nasional”.

“yang lazim disebut Sejarah Pergerakan Nasional (SPN) adalah bagian dari Sejarah Indonesia yang meliputi periode sekitar empat puluh tahun, yang dimulai sejak lahirnya Budi Utomo (BU) sebagai organisasi nasional yang pertama tahun 1908 sampai terbentuknya bangsa Indonesia pada tahun 1945 yang ditandai oleh proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tidak dapat ditolak bahwa SPN sebagai fenomena historis adalah hasil dari perkembangan factor ekonomi, social, politik, kultural, dan religius dan diantara factor-faktor itu saling terjadi interleasi. Oleh karena itu SPN dapat dianggap gerakan ekonomi, social, politik, dan kultural yang memperjelas motivasi dan orientasi aktivitas organisasi pergerakan.

Sudah banyak dikemukakan pendapat, bahwa timbulnya pergerakan nasional tidak bias dipisahkan dari bangkitnya nasionalisme di Asia, yang dianggap sebagai reakasi terhadap imperalisme (penjajahan). Menurut Prof. Toynbee, reaksi bangsa Asia terhadap kolonialisme dan imperialisme barat itu ada dua macam bentuknya : Zelotisme adalah reaksi yang berupa penutup pintu rapat-rapat bagi pengaruh Barat atau disebut dengan istilah “Isolasi”, dapat juga dinamakan dengan “perlawanan Pasif” yakni menolak pengaruh barat. Heroddianisme yakni dengan membuka pintu lebar-lebar bagi pengaruh barat, meniru cara-cara barat dan kalau telah kuat digunakan untuk memukul imperialisme barat,dapat juga dikatakan “perlawanan aktif” yakni menentang pengaruh barat dengan menggunakan alat-alat dan senjata dari barat sendiri. Contoh daripada cara Zelotisme dapat dikemukakan misalnya : Gerakan sanusi di Afrika Utara, gerakan Wahabi di Arabia, gerakan swadwssi dari Mahatma Gandhi. Sedang contoh dari Herodianisme ialah Gerakan Mohammad Abdh di Mesir, Revolusi Turki, dan gerakan Moderenisasi Jepang di bawah Meizi Tenno.

Nasionalisme Asia bukanlah hasil tiruan dari peniruan dari Nasionalisme Eropa. Tetpi merupakan hasil dari perkenalaan Asia dengan Kolonialisme dan Imperialisme. Dan begitu juga yang terjadi pada nasionalisme Indonesia yang terjadi antara adanya kolonialisme di Indonesia. Dalam hal berikutnya dalam buku Prof Dr Suhartono mengungkapkan perkembangan nasionalisme juga dituliskan hal yang sama seperti pernyataan yang menguatkan akan perbedaaan nasionalisme Asia dan Eropa.

“Timbulnya nasionalisme Indonesia khususnya dan nasionalisme Asia umumnya berbeda dengan timbulnya nasionalisme Eropa. Jelas bahwa nasionalisme Indonesia mempunyai kaitan erat dengan kolonialisme Belanda yang sudah beberapa abad lamanya berkuasa di bumi Indonesia. Usaha utnuk menolak kolonailisme inilah yang merupakan manifestasi dari penderitaan dan tekanan-tekanan disebut nasionalisme. Melalui keinginan bersama yang didasarkan oleh persamaan kepentingan itu akhirnya menciptakan nasionalisme Indonesia. Di Eropa nasionalisme terjadi pada masa transisi dari masyarakat feodal ke masyarakat industri. Proses peralihan itu terjadi pada abad XVII yang didahului oleh kapitalisme awal dan liberalisme. Kekuasaan feodal dengan raja, bangsawaaan, dan gereja lambat laun tidak mampu menghadapi desakan dari golongan baru di kota-kota yang menguasai perdaganagan dan industri. Terjadilah kerjasama antara penduduk kota pemilik modal dalam memanagemen industrinya dan cendekiawan dengan penemuannya berupa teknologi modern. Perkawinan keduanya menghasilkan revolusi baru dalam cara berproduksi, yang dikenal dengan “revolusi industri”.

Benar bila sebenarnya apabila nasionalisme Indonesia berhubungan dengan nasionalisme di Asia. Dan apabila dikatakan timbulnya nasinalisme ini dikarenakan adanya faktor kemenangan Jepang melawan Rusia ditahun 1905, padahal pada masa sebelumnya juga pernah terjadi perlawanan-perlawanan seperti yang dilakukan oleh Sultan Agung Mataram, Pangeran Diponegoro, Pattimura dan lainnya. mungkin harus kita lihat lebih jauh lagi tentang pernyataan bahwa nasionalisme dipengaruh dari luar karena Suhartono dalam bukunya memperkuat alasan tersebut sebagai berikut.

“ sementra itu lahirnya BU (Budi Utomo) banyak dihubungkan dengan “Timur telah sadar”, kemenangan Jepang dalam perang Melawan Rusia tahun 1904-1905, dan akibat perkembangan politik etis. Dari alasan-alasan di atas tidak satupun yang dapat dikatakan tepat. Akan tetapi lebih penting yang telah diperhatikan ialah kombinasi munculnya elite baru sebagai produk politik etis dan ilham dari luar negeri bahwa kekuatan asing (penjajah) dapat dilawan dan supermasi bangsa barat dapat dilkalahkan. Selai itu , yang berhubungan dengan kehidupan penduduk dan pergaulan hidupnya.”

Memasuki pada jaman dimana mulai memasuki jaman perintis , pergerakan nasional sebelum tahun 1928. Pada mulanya Budi Utomo lah yang dikatkan organisasi pergerakan nasional. Dokter Wahidin Sudirohusodo adalah tokoh yang disebut-sebut dalang dari Budi Utomo, gagasan ini mendapat persetujuan dari para pelajar-pelajar SOVIA (School tot Opleding Voor Inlandsche Arsten) seperti misalnya Sutomo, Gunawan, Gumbrek dan lain-lain. Dan maka itu didirikanlah Budi Utomo (BU) pada tanggal 20 Mei 1908 dan dijadikanlah sebagai hari kebangkitan Nasional, dan kita baru saja bulan yang lalu kita rakyakan, mungkin hari tersebut hanya sebagai symbol saja bagi bangsa kita pada masa sekarang. Mengutip artikel Mochammad Zikky (Nopember 20, 2006) “Memahami Nasionalisme Kita”

“ Memahami sebuah jati diri bangsa, tentunya tidak dapat lepas dari pemahaman tentang kesejarahan, tujuan, dan kearifan lokal (local wisdom) dalam prespektif sosial-budaya yang dimiliki Indonesia. Indonesia yang baru saja berulang tahun ke-61, angka yang cukup tua dalam ukuran umur, tentunya sudah banyak makan garam dalam perkembangan diri sebagai suatu bangsa yang merdeka. Akan tetapi, kita tentunya merasakan bahwa bangsa kita kini kian meredup sinar nasionalismenya. Dalam kacamata penulis, sebab utamanya adalah kian maraknya praktik-praktik negatif kekuasaan. Mulai dari buruknya kinerja serta rusaknya etika birokrat, elit politik, para penegak hukum, serta aneka tindakan represif Negara sampai pada ketidakadilan pembagian “kue pembangunan” telah mengakibatkan makin menguatnya gejala ketidakpatuhan sosial dalam masyarakat.

BU bukanlah suatu oraganisasi politik hanya bersifat sosial, dengan tujuan utamanya “mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran “. Dalam perkembangannya BU akhirnya juga terjun dalam kegiatan politik, hal ini terbukti ketika terjadi Perang dunia 1 pada tahun 1915, Budi Utomo turut memikirkan cara mempertahankan Indonesia dari serangan BU mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk Indiandsche Militie (Milisi untuk Bumiputera) untuk mempertahankan Indonesia dari serangan yang dikemukakan dalam rapat umum di Bandung pada tanggal 5-6 Agustus di Bandung. Menurut BU, untuk tujuan itu harus dibentuk dewan perwakilan rakyat terlebih dahulu. Atas usulan BU tersebut maka pada akhir Perang dunia 1 dibentuklah Volksraad. Ketika dibentuk Volksraad (Dewan Rakyat), wakil-wakil Budi Utomo duduk di dalamnya dalam jumlah yang cukup banyak. Pada masa tahun 20an gerakan nasional kita juga dipengaruhi oleh non cooperation ajaran Gandhi, namun asas non co tersebut ditolak dalam kongres 1923 oleh sebagian besar anggota BU, hal ini disebabkan karena abanyak dari anggota BU yang adalah pegawai pemerintahan dan dengan diterapkan asas itu maka dapat menyulitkan mereka. Seperti dalam bukunya Suhartono yang mengatakan memang BU mulai bergerak ke organisasi Politik.

“… dalam perkembangan selanjutnya, meskipun ada kelompok muda yang radikal, tetapi kelompok tua masih meneruskan cita-cita BU yang mulai disesuaikan dengan perkembangan politik …

BU adalah organisasi nasional yang pertama dan salah satu yang berusia terpanjang yang usianya sampai pada proklamasi kemerdekaan Indonesia. Menginjak pada masa pergerakan selanjutnya, pergerakan Islam. Pada tahun 1912 (pada bukunya Suhartono sedangkan beberapa sumber lain menyebutkan 1911) atas inisiatif Ki Haji Samanhudi, pengusaha batik dari Lawean, Solo yang mempunyai banyak pekerja. Dengan bersama-sama Mas Tirtoadisuryo, mendirikan perkumpulan bernama “Sarekat Dagang Islam”. Yang bermula-mula bertujuan untuk memajukan perdaganagn, melawan monopoli Cina dan memajukan Islam. Gerakan SDI ini didasari dengan Agama dan Ekonomi, kemudian pada perkembangannya atas usulan seorang pelajar yang bekerja di suatu kantor dagang di Surabaya yakni Omar Said Cokrominoto, yang mengusulkan agar sifat gerakan itu diperluas, sehingga tidak dibatasi pada kaum dagang saja. Perkembangannya SI pada tahun Juni 1916 mengadakan Konggres Nasional Sarikat Islam yang isinya gerakan tersebut meningkat kearah mempersatukan bangsa Indonesia sebagai satu bangsa. Pada tahun tersebut dipilih sebagai pimpinan SI putih, sedangkan pada masa selanjutnyapada 23 Mei 1920 didirikan PKI yang dulunya bernama ISDV (Indische Sosialistisch Demokratisch Vereniging) yang kemudian disebut juga SI merah pimpinan semaun beraliran ekonomis dogmatis condong ke komunis. Dan semakin lama menjelang masa pendudukan Jepang aliran tersebut terbelah seperti Aliran Kartosuwiryo, aliran abikusno, dan aliran Sukiman. Dan aliran ini semua tidak berdaya pada kependudukan Jepang.

“ Pecahnya SI terjadi setelah Semaun dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini ada kaitannya dengan kongres SI ke-6 tahun 1921 tentang perlunya disiplin partai, seorang harus memilih antara SI atau organisasi lain tujuannya agar Si bersih dari unsur-unsur komunis. SI berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PSI tahun 1927 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemedekaan nasional. Karena tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Akibat keragaman cara pandang diantara anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, diantaranya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSSI Kartosuwiryo, PSSI Abikusno dan PSI sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya.
Pergerakan selanjutnya diikuti oleh beberapa organisasi lainnya. Pada tahun 1914 beberapa organisasi kedaerahan mulai bermunculan. Seperti Pasundan (1918), Sarekat Sumatra (1918), Ambonsch Studiefond (1909), Mena Muria (1911), Rukun Minahasa (1912), Yong Minahasa (1919), Trikoro Dharmo (Pada Tahun 1918 Diubah Menjadi Yong Yava). Disamping itu juga banyak gerakan-gerakan yang bersufat sosial keagamaan dan budaya diantaranya MUHAMMADIYAH (1912) oleh K.H Ahmad Dahlan. Dan juga INSULINDE yang didirikan pada tahun 1907 yang merupakan cikal bakal dari INDISCHE PARTY dengan pimpinan organisasi Douwes Dekker, dan K H Dewantara (Suwardi Suryoningrat). Semuanya bertujuan untuk Indonesia. Beberapa gerakan seperti Ahmadiyah seperti dikutui dalam bukunya Suhartono , Ahmadiyah di Indonesia didirikan oleh Mirza wali Ahmad Beid pada bulan September 1929. Ahmadiyah adalah saingan dari Muhammadiyah yang didirikan oleh Mirzal Ghulam Ahmad di India, pada perkembanganya mengalami peerpecahan pada tahun 1908 kemudian Kwayah Kamaludin mendirikan Ahmadiyah yang berpusat di Lahore, dan masuklah ke Indonesia denga berpusat di Yogyakarta.
Mungkin manisnya kemerdekaan hanya jadi status bagi bangsa ini, tidaklah seperti yang diinginkan oleh mereka yang rela menumpahkan darah, harta dan jiwa bagi sebuah bangsa, bangsa Indonesia. Kami hanya ingin kami benar-benar merdeka. Dan dalam perjuangan kami haruslah dengan bersama-sama seperti pepatah “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” dan ada dalam “YOU’LL NEVER WALK ALONE”…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar